Kisah Mbah Damin, Penjaga Tradisi Kopi Ethek Selama 50 Tahun di Desa Pijeran Siman Ponorogo
Mbah Damin seorang pria berusia 70 tahun menjadi saksi hidup dan penjaga tradisi Kopi Ethek yang telah 50 tahun berjalan. Foto: sigit--
KORANENIMEKSPRES.COM,- Di tengah arus modernisasi dan teknologi, kehidupan di Desa Pijeran, Kecamatan Siman, Ponorogo menyimpan kisah unik yang membuktikan keteguhan budaya dan tradisi kuno.
Mbah Damin, seorang pria berusia 70 tahun menjadi saksi hidup dan penjaga tradisi Kopi Ethek yang telah 50 tahun berjalan.
Salah satu tradisi yang masih bertahan hingga kini adalah Kopi Ethek, sebuah sistem barter di mana para penjual keliling menukarkan kopi dan jajanan dengan gabah hasil panen.
Mbah Damin yang tinggal di dusun Puthuk memulai kisah hidupnya sebagai pedagang keliling Kopi Ethek sejak era pasca-Gestok 1965.
BACA JUGA:Kisah Wanita Sholehah dalam Sejarah Islam yang Menginspirasi
BACA JUGA:Kisah Cinta Hesti Purwadinata dan Edo Borne: Dari Media Sosial ke Pelaminan
“Saya berjualan sudah lama, sejak padi masih dipanen tinggi dengan ani-ani,” kenangnya dengan mata berkaca-kaca, mengingat masa-masa sulit namun penuh makna.
Saat itu, teknologi belum merambah pertanian, dan ani-ani—alat sederhana untuk memotong padi—masih menjadi andalan petani.
Perangkat jualannya yang ikonik, sebuah grobok tua dengan tulisan "PANTJASILA" dalam ejaan lama, menjadi bukti bisu perjalanan panjangnya menjaga tradisi Kopi Ethek.
Grobok itu diwariskan turun-temurun, mulai dari Mbah Sinto, Mbah Kasan Pathok, hingga Mbah Garut, sebelum akhirnya jatuh ke tangan Mbah Damin.
BACA JUGA:Kisah Inspiratif Chelsey Frank Tinggalkan Karier di Kanada Demi Randy Pangalila
BACA JUGA: Kisah Perjalanan Karier Tommy J Pisa, Penyanyi Populer Era 80-an
Setiap sudutnya, goresan cat yang memudar, dan bunyi deritnya, menyimpan cerita dari masa ke masa.
Tradisi Kopi Ethek bukan hanya sekadar pertukaran barang.