BACA JUGA:Awasi Distribusi Petasan Selama Natal dan Tahun Baru
Sebenarnya tiap 8 tahun hari dan weton juga bertemu. Tapi di umur 64 tahun itulah terjadi pertemuan ke delapan kalinya. Delapan tahun delapan kali. Karena itu disebut ageng.
Perayaan Tumbuk Ageng seperti itu jarang dilakukan oleh orang Jawa masa kini. Saya pun lupa ketika usia menginjak 64 tahun. Pikiran saya saat itu lagi serius ke penyakit kanker di hati.
Wahyu sendiri menjadi koordinator salah satu kegiatan di halaman UGM itu. Khususnya di kegiatan Pasar Kangen. Itulah pasar yang buka di situ setahun sekali. Tepat di acara ulang tahun UGM. Selama dua hari. Sabtu dan Minggu. Bersamaan dengan acara lainnya: kirab dan supermarathon –lari 64 km.
Di Pasar Kangen semua kios harus bertiang bambu. Atapnya harus daun rumbia. Wahyu punya anggota tim yang spesialisasinya menyediakan kios jenis itu. Terlihat lebih seni. Bukan seperti lapak-lapak kaki lima.
Nama-nama kiosnya pun ''liar''. Ada dawet Jembut –akronim dari Jembatan Butuh.
Dawet itu biasa mangkal di dekat jembatan Butuh di kabupaten Purworejo. Pemakaian kata jembut dan butuh sebenarnya agak keterlaluan, karena di Kalimantan ''butuh'' berarti kemaluan laki-laki.
BACA JUGA:Shin Tae-yong Panggil 29 Pemain Untuk TC ke Turki
BACA JUGA:Vigit Waluyo Resmi Jadi Tersangka Kasus Match Fixing Pertandingan Liga 2 2018
Istri saya, orang Kalimantan, ikut antre beli dawetnya –sambil cekikikan bersama teman-temannyi.
Hampir tiap kios kami datangi. Benar. Semua menjual makanan kuno khas Yogyakarta. Dan karena itu disebut sebagai Pasar Kangen.
Ada bajigur, sego wiwit, sego megono, ketan lupis, pentil, cenil, cetil, sego jagung, jangan lombok ijo, walang goreng, geblek, slorot, wedang kembang tahu, sampai mendoan tampah –saking lebarnya.
Semua jenis makanan jtu tidak boleh dijual melebihi Rp 20.000. Itu peraturan yang dibuat Wahyu. Kalau memang bahannya mahal, porsinya yang dibuat kecil.
"Sekalian satu orang bisa belanja di beberapa kios," ujar Wahyu. "Agar terjadi pemerataan," tambahnya.
Sebenarnya saya ingin sampai malam di halaman itu. Sekalian melihat panggung musiknya. Di depan Balairung UGM memang dibangun panggung yang sangat artistik. Terbuat dari serbabambu. Ciptaan jurusan arsitektur.
Salah satu yang akan tampil adalah penyanyi lagu jawa lokal yang ngetop di Jateng: Woro Widowati. Dari Magelang.