Jangan Makan dan Minum Termasuk Sahur Dalam Keadaan Junub, Ini Dalil dan Penjelasan Ilmu Fiqih

Senin 25 Mar 2024 - 21:30 WIB
Reporter : Muklis
Editor : Supri

Jadi, yang mana yang benar dan bolehkah menunda mandi wajib? Bagiamana kajiannyya berdasarkan ilmu fiqih? 

Sebelum mengetahui jawaban itu, dipahami dulu bahwa menghilangkan hadast itu ada dua cara. Kalau hadast itu hadast kecil seperti habis buang air kecil, tertidur, buang air besar, buang angn dari lubang keluarnya kotoran tubuh, maka menghilangkan hadasat dengan cara bersuci cukup dengan berwudhu. 

BACA JUGA:Manfaat Luar Biasa Buah Timun Bagi Kecantikan Wajah, Kaum Hawa Wajib Tau!

Tapi jika hadast besar itu disebabkan karena salah satunya sebelumnya melakukan hubungan suami istri, maka mensucikan diri haruslah melalui mandi wajib atau mandi junub. 

Dilansir enimekspres.co.id dari laman kemenag.go.id, menunda mandi wajib untuk melakukan aktifitas lain seperti belanja ke pasar, memasak, bersih-bersih rumah, beraktifitas cocok tanam di pekarangan rumah, mensetrika pakaian dan lain-lain, maka dibolehkan. 

Tapi ketika akan melakukan sholat, maka mandi wajib harus dilakukan terlebih dahulu. 

Dalil bahwa mandi wajib boleh ditunda, para ulama merujuk ke salah satu hadist Rasulullah SAW dari Abu Huroiroh yang rowinya oleh Al-Bukhori. 

BACA JUGA:THR Wajib Dibayar Paling Lambat H-7 Hari Raya Idul Fitri 1445 H

Hadist ini tergolong hadis shoheh, dan dikisahkan langsung oleh Abu Huroiroh yang artinya: 

“Suatu saat aku bertemu Rasulullah SAW, dan saat itu aku sedang dalam keadaan junub, kemudian beliau (Rasulullah SAW) menggandeng tanganku, lalu aku ubersama Rasulullah berjalan bersama hingga sampai di suatu tempat dan beliau duduk. 

Kemudian aku keluar untuk keperluan menemui menemui seseorang dan aku pun mandi junub. 

Ketika kembali lagi ke Rasulullah SAW, beliau bertanya “Kemana saja kamu wahai Abu Hiir? 

BACA JUGA:Cara Reset HP Oppo A5s ke Setelan Pabrikan: Solusi Mudah Mengatasi Masalah pada Oppo A5s

Maka aku jawab bahwa aku tadi mandi junub, sehingga Rasulullah bersabda “Subhanallah wahai Abu Hiir, sesungguhnya seorang mukmin itu tidak najis”. 

Merujuk pada hadist di atas itulah, Imam Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul Bari menyatakan bahwa boleh hukumnya seseorang menunda mandi wajib. 

Kata Imam Ibnu Hajar “Wa fiihi jawaazun takhiirul ightisaal ‘an awali waqtin wujuubihi, wa ‘ala jawaazi tashriful junub fii hawaaijih”

Kategori :