Idul Fitri: Dari Tradisi Jahiliyah hingga Perayaan Kesucian, Hari Raya Penuh Berkah

Idul Fitri bukan sekadar perayaan, tapi momen kembali suci. Temukan sejarah, makna.--

KORANENIMEKSPRES.COM----Sebelum Islam datang, masyarakat Arab pra-Islam memiliki dua hari raya besar, yaitu Nairuz dan Mahrajan. Namun, alih-alih menjadi momen refleksi, perayaan ini justru dipenuhi pesta pora, minuman keras, dan pertunjukan adu ketangkasan. Tak ada unsur ibadah atau spiritualitas, hanya kesenangan duniawi yang tak berarti.  

 

Ketika Islam hadir, Rasulullah ﷺ menggantikan dua perayaan tersebut dengan Idul Fitri dan Idul Adha—dua hari besar yang tidak hanya membawa kebahagiaan tetapi juga makna religius yang mendalam. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan An-Nasa'i, Rasulullah bersabda:  

"Allah telah mengganti dua hari raya yang biasa kalian rayakan dengan dua hari yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha." 

Sejak saat itu, Idul Fitri menjadi simbol kemenangan spiritual, bukan sekadar euforia sesaat.  

Idul Fitri Pertama dalam Sejarah Islam 

Perayaan Idul Fitri pertama kali berlangsung pada tahun 624 Masehi atau tahun ke-2 Hijriyah, bertepatan dengan kemenangan kaum Muslim dalam Perang Badar. Momen ini menandai kebahagiaan ganda: kemenangan di medan perang dan keberhasilan umat Islam dalam menunaikan ibadah puasa Ramadan.  

Di pagi hari Idul Fitri, umat Islam berkumpul untuk shalat Id yang dilakukan secara berjamaah. Takbir berkumandang, sebagai bentuk pengagungan kepada Allah atas nikmat yang diberikan. Setelah itu, Rasulullah dan para sahabat saling mengunjungi, bermaaf-maafan, dan berbagi kebahagiaan dengan sesama.  

Makna Idul Fitri: Bukan Sekadar Pakaian Baru 

Idul Fitri sering disalahartikan sebagai hari berpesta dan mengenakan pakaian baru. Padahal, makna sejatinya jauh lebih dalam. Idul Fitri berasal dari kata "fitrah", yang berarti kembali ke kesucian.**  

Syekh Sulaiman al-Bujairami dalam *Hasiyah al-Bujairami alal Khatib* menjelaskan:  

"Idul Fitri bukanlah bagi mereka yang memakai pakaian baru, tetapi bagi mereka yang ketaatannya bertambah. Idul Fitri bukanlah bagi mereka yang tampil menawan, tetapi bagi mereka yang dosanya diampuni."  

Artinya, esensi Idul Fitri bukanlah perayaan lahiriah semata, melainkan momen refleksi diri, memperbaiki hubungan dengan sesama, dan menjaga ketakwaan setelah Ramadan berlalu.  

Bagaimana Seharusnya Merayakan Idul Fitri?

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan