Sumsel Cetak 48 Ribu Ha Sawah, Siap Geser Jateng! Peta Ekonomi RI Bakal Terbalik?

Cetak 48.000 ha sawah baru, Sumsel siap ubah peta pangan dan ekonomi Indonesia dari bawah.--
KORANENIMEKSPRES.COM— Siapa sangka, Sumatera Selatan kini berada di garis depan revolusi pangan nasional.
Di tengah tantangan krisis global dan persaingan antar daerah, provinsi ini tampil mengejutkan dengan program ambisius: mencetak 48.000 hektar sawah baru di tahun 2025!
Langkah ini bukan sekadar strategi ketahanan pangan ini adalah transformasi ekonomi terstruktur. Dengan mencetak ribuan hektar lahan produktif, Sumsel secara nyata menantang dominasi Jawa Tengah sebagai lumbung padi nasional.
"Jangan pandang ini hanya dari sisi pertanian. Ini adalah proyek ekonomi rakyat. Sawah adalah lapangan kerja, sumber investasi, dan roda penggerak desa," ujar Gubernur Sumsel, Herman Deru, saat meluncurkan program ini.
BACA JUGA:Dua Kabupaten Pemekaran Ini Rajai Produksi Padi, Kalahkan Kabupaten Induk!
Banyuasin: Pendatang Baru yang Langsung Menggebrak
Salah satu motor penggerak utama transformasi ini adalah Kabupaten Banyuasin. Meskipun baru berusia 22 tahun, kabupaten ini telah menyumbang hampir setengah produksi padi Sumsel, dengan output fantastis: 892 ribu ton per tahun.
Letaknya yang strategis, hanya 40 km dari Palembang, menjadikan Banyuasin sebagai jantung pertanian modern di wilayah barat Indonesia. Ini bukti bahwa pemekaran daerah bisa menciptakan kekuatan ekonomi baru, bukan sekadar pembagian administrasi.
Peta Persebaran Sawah Baru: Pemerataan Ekonomi Nyata
Program pencetakan sawah ini menyasar pemerataan yang merata dan inklusif:
Musi Banyuasin: 9.400 hektar
OKU Timur dan Ogan Ilir: masing-masing 10.600 hektar
BACA JUGA:Banyak Persawahan di Perairan, Kabupaten di Sumsel Ini Paling Jago Produksi Padi
OKI (Ogan Komering Ilir): 11.400 hektar
Sisanya tersebar di PALI, Muara Enim, Muratara, Musi Rawas, Empat Lawang dan daerah lainnya.
Langkah ini bukan hanya menjawab kebutuhan beras nasional, tapi juga menyuntikkan peluang ekonomi ke wilayah yang selama ini kurang tergarap secara maksimal.