Dari Ladang Harapan Menuju Panggung Penghargaan: Kisah PHE SATU Pangan Menguatkan Ketahanan Pangan Indonesia
Dari Ladang Harapan Menuju Panggung Penghargaan: Kisah PHE SATU Pangan Menguatkan Ketahanan Pangan Indonesia--
KORANENIMEKSPRES.COM, JAKARTA— Beberapa tahun lalu, di berbagai wilayah operasi PT Pertamina Hulu Energi (PHE), para petani kecil menghadapi tantangan yang sama, lahan yang kian kritis, biaya produksi yang terus meningkat, dan ketergantungan pasokan yang membuat ketahanan pangan rapuh.
Namun dari kegelisahan itu, lahirlah sebuah gerakan yang pelan-pelan berubah menjadi harapan. Hari ini, Rabu (19 November 2025), harapan itu berdiri di panggung nasional dan mendapat penghormatan tertinggi.
Pada ajang Indonesia’s SDGs Action Awards 2025, bagian dari rangkaian penyelenggaraan Sustainable Development Annual Conference (SAC) 2025 oleh Kementerian PPN/Bappenas, PHE meraih peringkat Terbaik II kategori Badan Usaha Besar.
Penghargaan ini menjadi penanda perjalanan program PHE Satu Pangan – Sinergi Aksi Tangguh untuk Pangan, yang telah menorehkan dampak besar bagi masyarakat.
BACA JUGA:PHE Hadirkan Program Konservasi Owa Jawa di Pertamina Eco RunFest 2025: Dari Pemburu Jadi Pelestari
Di panggung SAC 2025, Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy menyerahkan langsung penghargaan tersebut, dan diterima oleh Direktur Eksplorasi PHE Muharram Jaya Panguriseng.
Program PHE Satu Pangan berangkat dari komitmen untuk memberdayakan masyarakat melalui ketahanan pangan. Hasilnya kini dapat dilihat dan dirasakan.
Program ini mendorong pencapaian produksi pangan lebih dari 1.200 ton beras, 22 ton jagung, dan 9,8 ton cabai per tahun, serta lebih dari 1.800 ton telur unggas dan berbagai komoditas lain seperti ikan, daging unggas, dan daging ruminansia seperti kambing dan sapi.
Upaya ini memperkuat kemandirian pangan lokal dan bagi banyak desa dapat mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar daerah.
Selain meningkatkan produktivitas petani, program ini juga memberikan efisiensi besar melalui pemanfaatan teknologi inovasi seperti water drip irrigation, rain harvesting, atmospheric harvesting, hingga sistem irigasi otomatis berbasis Android berhasil menurunkan penggunaan air hingga 40–100%, mengurangi pemakaian pupuk kimia lebih dari 400 kg per musim tanam untuk program pertanian, serta menghemat biaya kelompok masyarakat hingga Rp. 350 juta per tahun.
Teknologi pendukung lain seperti Soil Nutrient Sensor, Dry House berbahan briket jerami, dan alat penyiang Cakra Baskara turut meningkatkan efektivitas budidaya pertanian dilahan-lahan kritis.
Dari aspek pemberdayaan sosial, PHE Satu Pangan telah memberikan manfaat langsung bagi lebih dari 1.400 penerima manfaat, termasuk 90 kepala keluarga prasejahtera yang kini merasakan peningkatan kapasitas dan pendapatan.
Program ini juga mendorong terbentuknya lebih dari 25 kelompok baru, termasuk Kelompok Wanita Tani (KWT), serta melahirkan 4 regulasi baru dan 47 inovasi ketahanan pangan yang mendukung tata kelola pertanian berkelanjutan.