Peninggalan Peradaban Budha Abad ke-7, Ini Wisata Candi Terkenal di Jambi!
Candi Koto Mahligai-Salah satu candi di KCBN Muara Jambi-Disway--
KORANENIMEKSPRES.COM - Jika berkunjung ke Jambi, tidak lengkap jika tidak mengunjungi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muaro Jambi, Jambi.
Di sana, ada ratusan candi yang begitu indah, peninggalan peradaban Buddha diperkirakan pada abad ke-7.
Kini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tengah merevitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muaro Jambi, Provinsi Jambi.
Keseriusan untuk merevitalisasi KCBN Muaro Jambi yang mendapat status warisan budaya nasional melalui penetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No: 259/M/2013 dengan luas kawasan hampir 5 ribu hektar.
BACA JUGA:Ini Penginapan/Villa Murah di dekat Candi Borobudur, Cuma Berjarak 10 Menit
KCBN Muaro Jambi tidak hanya untuk melestarikan cagar budaya, tetapi juga keanekaragaman hayati di daerah tersebut.
Oleh sebab itu, penataan KCBN Muaro Jambi menerapkan konsep harmonisasi dengan ekosistem alam sekitarnya.
Revitalisasi KCBN Muaro Jambi diharapkan dapat memberi dampak yang signifikan bagi masyarakat sekitar, terutama dalam bidang ekonomi.
Hal tersebut ditegaskan dalam pertemuan antara jajaran pimpinan Kemendikbudristek dengan Pemerintah Daerah Muaro Jambi, aparatur desa, dan masyarakat di Kawasan Muaro Jambi.
BACA JUGA:Menikmati Pesona Candi Prambanan: Keindahan Sejarah, Sunset, dan Tips Liburan yang Tak Terlupakan
Adapun yang akan menjadikan fokus utama revitalisasi adalah pemberdayaan masyarakat, sehingga dalam revitalisasi, masyarakat menjadi pelaku utama.
Tertua di Asia Tenggara
Pengungkapan temuan-temuan arkeologis di KCBN Muaro Jambi mengindikasikan kawasan itu sebagai pusat pendidikan Buddhisme tertua dan terluas di Asia Tenggara pada masa lampau.
"Ini yang tertua. Berdasarkan penelitian arkeologis, candi Muaro Jambi diperkirakan didirikan sekitar abad ke-7 jingga ke-13 selaras dengan periode kejayaan kerajaan Sriwijaya. Era ini menandai salah satu puncak perdagangan dan kebudayaan di Asia Tenggara," kata Kepala Unit Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Agus Widiatmoko.