Kafe Planologi

Suasana kota Madinah.----

Saya sendiri tidak khawatir. Terutama setelah naik bus dari Madinah ke Riyadh –lewat Buraydah.

Bus antar provinsi itu berangkat dari stasiun terminal baru. Masih di dalam kota –agak ke pinggir. 

Dari hotel menuju terminal ini saya baru tahu: Madinah itu kota besar. Tidak pernah saya keliling kota Madinah. Setiap kali umrah rutenya tetap: dari hotel ke masjid pp. Kesannya Madinah itu ya hanya sekitar masjid Nabawi.

BACA JUGA:Kuota Bertambah, Saudia Airlines Angkut 106 Ribu Jemaah Haji Indonesia 2024

Terminal baru itu tidak perlu saya ceritakan. Tidak ada yang baru. Sangat biasa. Hanya satu bangunan sekelas rumah tipe 120. Ada ruang penjualan tiket. Ada kios makanan. Ada pintu menuju bus.

Tanpa lewat pintu itu pun saya bisa menuju bus. Dengan mudah. Yakni lewat jalan raya. Bus ke Riyadh itu parkir di satu lapangan kecil di pinggir jalan raya. Bersebelahan dengan gedung terminal. Tanpa pagar.

Kesan saya ini terminal bus sementara. Terminal yang megah seharusnya dibangun di sebelah stasiun kereta cepat jurusan Makkah dan Jeddah. Stasiun itu masih baru. Megah. Tidak kalah dengan stasiun kereta cepat di Tiongkok.

Di sebelah stasiun Whoosh itu terlihat masih banyak tanah kosong. Kelihatannya memang dicadangkan untuk terminal bus: jadi MadLinko –siapa tahu meng-copy program Gubernur Jakarta 2017-2023 Anies Baswedan dengan JakLinko-nya: antar moda transportasi harus saling terkoneksi.

Terminal bus itu, Anda sudah tahu, lebih ke pinggir kota –dibanding terminal lama yang seperti terminal Kopaja. Tapi untuk benar-benar keluar dari kota Madinah masih jauh. Masih harus melewati kota Madinah yang baru –banyak perumahan mewah terlihat di real estate sepanjang jalan.

BACA JUGA:Kafe Kaifa

Masih pula ada kawasan industri. Menyusuri jalan utama menuju Buraydah ini membuat saya tahu kota Madinah berkembang ke arah sini –ke sepanjang jalan ini. Kawasannya memang relatif datar. Baik di kanan maupun kiri jalan. Gunung-gunung batu seperti menjauh dari jalan jurusan Riyadh ini.

Mungkin jarang jemaah umrah yang punya minat planologi kota. Maka ziarah terkait umrahnya sebatas ke kebun kurma. 

Mungkin mempelajari planologi dianggap bukan bagian dari ibadah. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan