Kilang Hijau dan Inovasi Limbah: Sumsel Pimpin Transisi Energi Nasional
Sumsel pimpin transisi energi nasional dengan kilang hijau dan inovasi limbah, menuju masa depan berkelanjutan.--
KORANENIMEKSPRES.COM,----Sumatera Selatan (Sumsel) terus mengukuhkan posisinya sebagai pionir dalam transisi energi nasional dengan inovasi-inovasi besar di bidang energi hijau dan pengelolaan limbah.
Proyek Kilang Hijau RU III Plaju dan pengolahan limbah kota menjadi energi terbarukan adalah dua inisiatif yang menunjukkan bahwa Sumsel serius menciptakan masa depan yang berkelanjutan.
Kilang Hijau RU III Plaju: Pilar Transisi Energi
Kilang Hijau RU III Plaju di Sumsel menjadi simbol perubahan besar dalam sektor energi Indonesia. Kilang ini berhasil memproduksi bahan bakar ramah lingkungan yang berkontribusi pada pengurangan emisi karbon nasional.
Dengan memanfaatkan teknologi canggih, kilang ini mampu mengolah minyak kelapa sawit menjadi biodiesel berkualitas tinggi, menciptakan alternatif energi yang lebih bersih dan efisien.
BACA JUGA:Sumsel di Ambang Revolusi Ekonomi: Proyek Bernilai Puluhan Triliun
Kilang Hijau RU III, kapasitas produksi kilang ini diharapkan mampu memenuhi 20% kebutuhan biodiesel nasional dalam lima tahun ke depan.
Selain itu, kilang ini juga membuka lapangan kerja baru bagi ribuan warga lokal, mendukung perekonomian daerah sekaligus menciptakan solusi energi berkelanjutan.
Inovasi Limbah Kota: Dari Sampah Menjadi Energi
Sumsel juga menghadirkan inovasi luar biasa di Palembang, di mana limbah kota yang dulunya dianggap tidak berguna kini diolah menjadi sumber energi terbarukan.
Teknologi ini mengubah sampah organik menjadi biogas yang dapat digunakan untuk memasak hingga menjadi sumber energi listrik.
BACA JUGA: Energi Terbarukan dan Keberlanjutan: Sumsel Jadi Teladan Nasional
Proyek ini mampu mengolah hingga 500 ton limbah setiap hari, menghasilkan energi yang cukup untuk memasok listrik bagi lebih dari 10.000 rumah tangga. Selain mengurangi beban tempat pembuangan akhir (TPA), inovasi ini juga membantu mengurangi emisi gas metana, yang dikenal sebagai salah satu gas rumah kaca paling berbahaya.
Dukungan Infrastruktur untuk Energi Hijau