Ini untuk mengetahui penyebab keterlambatan, apakah itu karena gangguan neurologis, sensorik, atau kondisi seperti ASD (Autism Spectrum Disorder), ADHD, dsb.
BACA JUGA:Wow! Musi Banyuasin Rajai Produksi Sawit di Sumsel 2023, Capai 945 Ribu Ton!
BACA JUGA:Tantangan Penanggulangan TBC di Indonesia dan Upaya Inovatif Berbasis AI
2. Terapi Sesuai Kebutuhan
Setelah didiagnosis, biasanya akan disarankan terapi seperti:
Terapi Wicara – untuk anak yang terlambat bicara atau sulit berkomunikasi
Terapi Okupasi (OT) – untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dan kasar, serta kemandirian
BACA JUGA:Persiapan Haji 2025: Pelunasan Biaya dan Dokumen Jemaah Hampir Rampung
BACA JUGA:Makanan Khas Palembang yang Lezat dan Populer, Salah Satunya Rujak Mie
Terapi Perilaku (ABA) – banyak digunakan untuk anak spektrum autisme
Fisioterapi – jika ada keterlambatan motorik kasar (misalnya duduk, berdiri, berjalan)
3. Stimulasi di Rumah
Hal yang sangat penting adalah peran orang tua di rumah untuk tumbuh kembang anak:
BACA JUGA:Inilah Tips Cara Membuat dan Manfaat Burgo
BACA JUGA:Cenil Makanan Jadul Tetap Eksis di Tengah Gempuran Makanan Kekinian
Ajak bicara terus-menerus, meskipun anak belum bisa merespons