Bahkan, menurut Koentjoro, salah satu ruas penting, yaitu Bayung Lencir–Tempino Tahap 3 sepanjang 15,4 km, sudah rampung dan beroperasi secara fungsional.
“Hanya butuh 15 menit untuk melewati ruas ini, padahal sebelumnya bisa sampai 1,5 jam,” jelasnya.
BACA JUGA:Dulu 7 Jam, Kini 2 Jam! Tol Palembang–Jambi Bakal Ubah Peta Logistik Sumatra
Proyek Raksasa Berteknologi Canggih
Proyek ini tak hanya besar dari sisi panjang jalur, tapi juga dari segi nilai dan inovasi. Untuk ruas Bayung Lencir–Tempino saja, nilai investasinya mencapai sekitar Rp2,7 triliun.
Menariknya, proses pembangunan berlangsung lebih cepat dari estimasi awal. Menurut Ariel Winfried, Site Engineering Manager dari konsorsium proyek (PT Hutama Karya, PT Wijaya Karya Tbk, dan PT Brantas Abipraya), pengerjaan selesai dalam 473 hari—lebih cepat dari target semula yang mencapai 599 hari.
“Kami menggunakan teknologi Building Information Modeling (BIM) untuk mengakselerasi seluruh tahapan konstruksi, dari desain hingga pengawasan lapangan,” ungkap Ariel.
Dampak Besar untuk Sumatra: Mobilitas, Ekonomi, dan Logistik
Ketika jalan tol ini sepenuhnya tersambung, bukan hanya masyarakat yang diuntungkan. Distribusi barang, logistik industri, dan konektivitas antarwilayah akan meningkat drastis. Sumatra tak lagi terfragmentasi secara geografis, melainkan jadi satu poros pertumbuhan baru di Indonesia bagian barat.
Pemerintah bahkan menyiapkan infrastruktur pendukung, seperti pelabuhan ekspor dan kawasan industri, untuk mengoptimalkan manfaat jalan tol ini.
Tol Palembang–Jambi bukan hanya jalan raya.
Ini adalah jalan menuju masa depan yang lebih cepat, efisien, dan menyatukan dua provinsi besar dalam satu detak pembangunan.