Buktikan Tol Bisa Harmonis dengan Konservasi Gajah Sumatra

Senin 25 Aug 2025 - 20:43 WIB
Reporter : Al Azhar
Editor : Al Azhar

Jeruk nipis berfungsi sebagai pagar alami agar gajah tidak mendekat ke desa,

Rumput odot jadi pakan favorit gajah,

Durian montong memberi nilai ekonomi baru bagi warga.

BACA JUGA:Pembangunan Pelabuhan Internasional di Sumsel Berkontribusi Besar Ledakan Ekonomi Nasional

Pada 2024, program ini sudah memberi manfaat langsung bagi 75 kepala keluarga, dengan tambahan penghasilan rata-rata Rp2,5 juta per tahun per KK.

“Kami tidak hanya mendapat bibit, tapi juga pelatihan. Sekarang masyarakat melihat gajah bukan ancaman, melainkan bagian dari peluang konservasi,” ujar Suparto, Sekretaris Kelompok Tani Hutan Alam Pusaka Jaya.

Selain pemberdayaan ekonomi, program edukasi konservasi sudah menjangkau 15 sekolah di sekitar wilayah proyek. Hutama Karya juga tengah menyiapkan nursery permanen untuk tanaman pakan, pusat edukasi konservasi gajah, dan pengembangan konsep serupa di ruas tol lain, termasuk Tol Sigli–Banda Aceh.

“Hari Gajah Internasional mengingatkan kita bahwa membangun infrastruktur modern tidak harus mengorbankan alam. Justru keduanya bisa berjalan beriringan,” tutup Adjib.

BACA JUGA:Diguyur Proyek Puluhan Triliun Sumsel Kini di Ambang Revolusi Ekonomi

Dengan pendekatan ESG (Environmental, Social, Governance), Hutama Karya menunjukkan bahwa tol bukan sekadar jalur kendaraan, melainkan juga koridor kehidupan bagi satwa langka dan masyarakat sekitar.

Kategori :