Menapak Jejak Rasul di Gua Hira: Ziarah Penuh Makna di Jabal Nur

Rabu 19 Jun 2024 - 10:43 WIB
Reporter : Al Azhar
Editor : Al Azhar

Jalan yang lebih sering dilalui terlihat dari permukaan batu yang licin dan mengilap.

Akhirnya, kami tiba di mulut gua. Ada ruang terbuka yang cukup untuk 15 orang.

Dari sini, pemandangan kota Makkah terlihat jelas, termasuk menara Masjidilharam yang berjarak empat kilometer.

Di utara ruang terbuka, terdapat ceruk sedalam empat meter dan lebar 1,5 meter, tempat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama.

BACA JUGA:Inilah Manfaat Daun Sirih Cina untuk Kesehatan Tubuh

Di dalam ceruk kecil itu, terdapat sajadah yang dipinjamkan oleh seorang pria Pakistan bernama Abdurrahman.

Ia mengatur antrean orang-orang yang ingin salat di dalam gua dengan harapan mendapatkan tips.

Setelah salat di Gua Hira, jemaah mencium batu hitam prismatik yang menjadi dinding ceruk.

Batu-batu hitam itu menjadi saksi bisu ketika Nabi SAW menerima wahyu. Kami juga melaksanakan salat sunnah syuruq bergantian di gua tersebut.

Hira, yang berarti berlian, bertengger di puncak Jabal Nur, Gunung Cahaya.

BACA JUGA:Caleg PAN Terpilih Ini Sebut Jalan Alternatif di Desa Lubuk Nipis Mendesak

"Permata yang memancarkan cahaya wahyu Al-Qur'an terhadap semesta alam sepanjang zaman," kata Aswadi Syuhada, guru besar Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya yang menjadi pembimbing ibadah jamaah haji Indonesia sebagaimana dikutip koranenimekspres.com dari website kementerian agama ri, Rabu 18 Juni 2024.

Perjalanan turun dari Gua Hira terasa lebih cepat, hanya memakan waktu 30-45 menit.

Jarak dari pos pertama ke Gua Hira sekitar 2,5 kilometer, dengan bukit setinggi 200 meter yang berbentuk seperti punuk unta.

Setelah mengunjungi Gua Hira, kami beristirahat di kafe-kafe di area Taman Gua Hira. Berbagai jenis makanan tersedia, termasuk Bakso Onta yang cukup populer.

Di kompleks taman, terdapat juga toko-toko souvenir.

Kategori :