Hanya yang ada tertulis bahwa surat itu dikirim pada bulan Sya'ban.
Nah, disinilah masalahnya.
BACA JUGA:Inilah Dua Pelaku Curas di Pasar Tanjung Enim yang Dibekuk Team Lakid Polsek Lawang Kidul
BACA JUGA:Peringatan Itjen Kemenag: ASN Dilarang Main Judi Online atau Terkena Sanksi
Gubernur Abu Musa Al-Asy'ari bertanya-tanya sendiri, apakah bulan Sya'ban tahun ini atau bulan Sya'ban tahun-tahun sebelumnya.
Waktu pun berlalu, hingga suatu hari Gubernur Abu Musa bertemu langsung Kholifah Umar bin Khottob.
Di pertemuan itulah dikonfirmasi oleh Abu Musa
Dalam sebuah riwayat, Abu Musa al-Asy’ari menyampaikan kepada Khalifah Umar.
BACA JUGA:Lezatnya American Risoles: Kreasi Unik dengan Isian Sosis dan Keju untuk Camilan Keluarga
“Wahai khalifah. Telah sampai kepada kami surat-surat dari Amirul Mukminin (Umar bin Khottob) namun kami tidak tahu apa yang harus kami perbuat terhadap surat-surat itu. Kami telah membaca salah satu surat yang dikirim di bulan Sya’ban. Kami tidak tahu apakah Sya’ban tahun ini ataukah tahun lalu.”
Dari kejadian surat kholifah itulah kemudian kelak menjadi asal usul ditetapkan kalender hijriyah.
Mendengar konfirmasi dari gubernur, Kholifah Umar bin Khottob kemudian mengumpulkan kaum muslim untuk musyawarah.
Kholifah Umar menganggap pernyataan Abu Musa adalah benar dan harus segera ditindaklanjuti.
BACA JUGA:Permohonan SIM Baru atau Perpanjangan Pakai BPJS Kesehatan atau JKN Mulai Di-ujicoba-kan
Umar berpikir, umat Islam harus memiliki kalender sendiri untuk penanggalan.
Dalam pertemuan dengan kaum muslim tersebut muncul banyak usulan.