Bisnis emas itu mulai tersendat di bulan Agustus 2018. Kiriman emas dari Antam tidak lagi sebanyak uang yang dibayarkan. Bisnis Eksi pun ikut seret.
Eksi ingin usaha itu jalan lagi.
BACA JUGA:Polda Sinergi Sukseskan Konferprov Pergantian Pengurus PWI Sumsel Periode 2019-2024
Bahkan di bulan Desember 2018 Eksi nekat. Dia mau saja ketika diminta menandatangani faktur. Ratusan faktur. Empat tas berisi faktur disodorkan pada Eksi. Semua harus ditandatangani.
"Berapa jumlah faktur yang Anda tanda tangani?"
“Tidak menghitung. Banyak sekali," kata Eksi. "Tiap tas berisi sekitar 100 faktur," tambahnyi.
Hubungan Eksi dengan Antam memang sudah sangat dekat. Eksi sering diminta mencari pembeli lebih banyak lagi. Bahkan terakhir Eksi masih diminta untuk menjualkan emas 8 ton.
Antam adalah sumber rezeki bagi Eksi. Maka dia ingin jaga nama baik Antam. Dia menurut saja untuk menandatangani begitu banyak faktur. Padahal transaksinya sudah terjadi di bulan-bulan sebelumnya.
"Berapa lama untuk tanda tangan sebanyak itu?"
“Empat jam atau lima jam," kata Eksi.
Penandatanganan faktur itu berlangsung dua tahap. Di dua tempat. Di kantor Butik Logam Mulia 1 Surabaya dan di rumahnyi. Dia menceritakan sangat detail posisi ruangan yang dipakai saat itu. Juga penjagaan ruangan itu.
Eksi ingin menjaga sumber rezekinya aman. Dia tahu para pembeli emas sebenarnya sudah mendapat faktur saat dilakukan transaksi.
Maka saya sungguh sulit memahami untuk apa perlu bukti faktur lagi di bulan Desember. Dan mengapa harus Eksi yang tanda tangan. Ini memang bukan pembunuhan Wulan di Bogor –yang para perusuh Disway menganggapnya enteng. Soal emas 6 ton ini perlu detektif hebat sekelas Prof Pry.
Saya pun bertanya kepada Retno Sandra, pengacara Eksi. "Mengapa Anda tidak membongkar semua ini di sidang pengadilan," tanya saya.
"Perkara yang saya tangani ini hanya sepotong kecil dari keseluruhan kejadian. Yakni potongan Eksi dianggap mengambil stok emas Antam 152 kg," kata Retno. "Kalau saya bicara di luar itu dianggap tidak relevan dengan pokok perkara," tambah Retno. "Bagi saya kejadian ini tidak ada".