Selain itu, isu lingkungan juga menjadi fokus Kementerian Agama.
Menteri Agama mengingatkan bahwa menjaga alam merupakan bagian dari tanggung jawab spiritual.
Ia menekankan bahwa kerusakan lingkungan bukan sekadar persoalan ekologis, tetapi juga mencerminkan moralitas dan keimanan seseorang.
“Kita tidak dapat beribadah dengan khusyuk jika lingkungan kita rusak. Alam bukan sekadar objek, tetapi bagian dari kehidupan kita,” katanya. Menag juga menyoroti praktik pembakaran hutan dan pencemaran sungai yang masih terjadi di berbagai wilayah.
BACA JUGA:Kemenag Muara Enim Gelar Baksos
“Seakan tidak ada dosa saat membakar hutan, padahal itu merusak ekosistem. Begitu pula dengan pencemaran sungai yang seolah dianggap wajar,” ungkapnya. Ia mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan sebagai bentuk ibadah.
Isu terakhir yang dibahas adalah penguatan rasa nasionalisme di kalangan generasi muda.
Menteri Agama menekankan pentingnya menjaga identitas Indonesia yang kaya akan budaya dan keberagaman agama.
Menurutnya, modernisasi tidak boleh mengikis nilai-nilai kearifan lokal yang telah lama menjadi bagian dari kehidupan bangsa.
BACA JUGA:625.481 Guru di Bawah Kemenag Segera PPG, Berikut Persyaratannya
“Indonesia harus tetap mempertahankan identitasnya. Seperti Jepang yang tetap menghormati budayanya meski modern. Kita juga harus menjaga nilai budaya yang selaras dengan agama,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya membekali generasi muda dengan pemahaman sejarah dan budaya nasional agar mereka tidak kehilangan jati diri di tengah arus globalisasi.
Dengan empat isu strategis ini, Menteri Agama berharap kebijakan yang diambil dapat memperkuat harmoni sosial, meningkatkan kesadaran lingkungan, dan memperkokoh semangat nasionalisme.
Ia mengajak semua pihak untuk bersama-sama menciptakan kehidupan yang damai dan penuh kasih dengan menjunjung tinggi nilai toleransi, kepedulian lingkungan, serta kecintaan terhadap bangsa.