Literasi Keuangan Bukan Hanya Soal Angka: Awas Jebakan Pinjol dan Investasi Bodong

Pahami literasi keuangan agar tak masuk jebakan pinjaman online (pinjol) dan investasi bodong. Memahami literasi keuangan sesungguhnya bukan hanya soal angka. Foto: sumselprov--
Palembang, koranenimekspres.com -Pahami literasi keuangan agar tak masuk jebakan pinjaman online (pinjol) dan investasi bodong.
Memahami literasi keuangan yang sesungguhnya bukan hanya soal angka.
Sebab, bila pemahaman akan literasi keuangan minim tidak sedikit yang terjebak pada pinjol atau investasi bodong.
Begitu ditegaskan Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Sumsel Hj Feby Herman Deru di acara peluncuran program Sahabat Ibu Cakap Literasi Keuangan Syariah (Si Cantik) oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumatera Selatan di kantor OJK Sumsel, 17 Mei 2025.
BACA JUGA:Jurus Sumsel Kejar Pertumbuhan Ekonomi 6,0 Persen Tahun 2030: Telurkan 100.000 Sultan Muda
Pemahaman akan pentingnya literasi bagi semua lapisan masyarakat ini penting mengingat Provinsi Sumsel saat ini gencar mengejar pertumbuhan ekonomi meroket ke angka 6,0 persen di tahun 2030 atau lebih cepat.
Termasuk di dalamnya program Sumsel menelurkan 100.000 Sultan Muda dalam 5 tahun ini yang sudah tentu harus mahir soal literasi keuangan.
Maka, kata Feby, khususnya kaum perempuan harus benar-benar menyadari dan memahami bahwa literasi keuangan itu penting.
Feby menyampaikan apresiasi kepada OJK atas terselenggaranya program tersebut yang dinilai sangat relevan dan penting untuk meningkatkan literasi serta inklusi keuangan syariah di kalangan perempuan.
BACA JUGA:5 Tahun Telurkan 100.000 Sultan Muda: Sumsel Kejar Pertumbuhan Ekonomi 6,0 Persen di Tahun 2030
“Literasi keuangan bukan hanya tentang angka, tapi tentang masa depan keluarga. Ia menjadi fondasi penting dalam menciptakan ketahanan keluarga dan meningkatkan kualitas hidup,” ujar Feby.
Ia menyoroti masih banyaknya keluarga yang mengalami masalah keuangan meskipun secara finansial terbilang cukup.
Minimnya pemahaman tentang pengelolaan uang seringkali berujung pada keputusan yang salah, bahkan memicu ketergantungan pada pinjaman online (pinjol) ilegal dan investasi bodong.
“Bukan hanya kerugian materi, tapi juga beban psikologis dan sosial. Ini yang harus kita antisipasi melalui edukasi yang tepat,” tambahnya.