Ikut Cahaya

--

BACA JUGA:Jadikan Masyarakat Desa Mandiri Pangan

Sekarang puncak ekspektasi sudah lewat. Kurva sudah menurun. Hati sudah tenang –setelah bertemu juru selamat. Kami bisa berjalan santai di tepi danau.

Hody-lah yang membelikan tiket kereta. Ia sendiri pakai tiket langganan. Tidak heran. Tiket terusan Disneyland saja ia punya, apalagi tiket kereta bawah tanah. Jangan-jangan ia juga punya tiket terusan pesawat luar angkasa.

"Bagaimana kalau kita ke museum Natural History? Pernah ke sana?" tanyanya.

"Mau! Belum pernah".

Maka di stasiun berikutnya kami pindah kereta jurusan museum.

"Museumnya menarik. Gedungnya 5 lantai ke bawah," katanya.

Baru kali ini ke Shanghai masuk museum. Saya ingin membandingkan. Saya pernah ke museum Natural History yang di New York. Di sebelah Central Park itu.

Yang di Shanghai ini juga menarik. Lengkap. 

Ini hari Sabtu. Begitu banyak pengunjung. Antreannya panjang juga. Sampai diputar di labirin juga. Gila. Masuk museum seperti masuk konser.

Mayoritas pengunjung adalah suami-istri yang menggandeng anak kecil. Atau hanya ibu dan anak kecilnyi.

"Di Shanghai, hari Sabtu adalah hari anak," ujar Hody. "Orang tua pasti mengajak anak jalan-jalan di hari Sabtu," tambahnya.

Mendengar kata-kata Hody itu sebilah belati seperti menusuk di ulu hati.

Saya tidak pernah melakukan itu di masa lalu. Saya tidak pernah punya hari Sabtu. Pun hari Minggu. Lebaran pun koran tetap saya minta terbit. Begitu bangga, kala itu, disebut sebagai pelopor banyak hal di dunia media.

Pengunjung museum ini tahu: mereka orang ke berapa yang memasuki museum. Ada display digital di dindingnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan