Sumsel Tak Lagi Jadi Persimpangan: Dari Aspal Tol, Lahir Denyut Baru Ekonomi Sumatera
Sumsel bukan lagi lintasan. Ia jadi poros ekonomi baru Sumatera lewat jaringan tol dan pelabuhan.--
KORANENIMEKSPRES.COM —Dulu, Sumatera Selatan hanya dikenal sebagai jalur lintasan menuju provinsi lain.
Kini, setiap kilometernya punya cerita baru: tentang konektivitas, investasi, dan masa depan.
Provinsi ini tak lagi menunggu arus lewat—ia justru menjadi pusat arah pergerakan Sumatera.
Aspal tol yang membentang kini menjahit desa, kota, hingga pelabuhan dalam satu ritme pembangunan.
BACA JUGA:Tol Baru, Ekonomi Melaju: Sumsel Bidik Pertumbuhan 6 Persen Sebelum 2030
Kedua, tol ke arah Jambi, dengan seksi Kramasan–Pangkalan Balai hampir rampung, sementara Betung–Tempino masih dikerjakan.
Ketiga, tol Palembang–Prabumulih yang kelak tersambung hingga Bengkulu, dengan lanjutan proyek Muara Enim dijadwalkan mulai 2025.
Tak berhenti di tol, Palembang juga diarahkan menjadi pusat distribusi logistik.
Konektivitas darat dipadukan dengan laut melalui jalur Pelabuhan Tanjung Api-api dan rencana Pelabuhan Internasional Tanjung Carat di Banyuasin.
BACA JUGA:Tol di Sumsel Bentuk Jalur Emas, Benarkah Palembang Jadi ‘Bandara Ekonomi’ Sumatera?
Meski pembangunan Tanjung Carat masih terkendala pelepasan kawasan hutan, jika selesai pelabuhan ini diprediksi akan mempercepat arus ekspor-impor barang dari Sumsel ke pasar nasional maupun global.
Efek domino tol juga dirasakan di sekitar Palembang.
Kayuagung menjadi pintu masuk dari Lampung, Indralaya tersambung ke Prabumulih, Prabumulih jadi gerbang ke Bengkulu, sementara Banyuasin diuntungkan jalur ke Betung.
Musi Banyuasin (Muba) bahkan sudah terhubung langsung lewat ruas Bayung Lencir–Tempino menuju Jambi.