Sudah Ada Sejak Abad ke-8 Kerajaan Sriwijaya, Ini Simbol Kebanggaan Wong Palembang Saat Acara Penting

Tanjak Palembang, simbol budaya Melayu, diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda sejak 2019.(foto ist)--

KORANENIMEKSPRES.COM,---Tanjak Palembang adalah simbol kebanggaan masyarakat Melayu yang mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah dari Sumatera Selatan.

Ikat kepala ini sering dikenakan dalam berbagai acara penting, termasuk pernikahan, acara pemerintah, dan upacara adat.

Terbuat dari bahan seperti songket, tanjak umumnya berbentuk segitiga, meskipun ada variasi yang terbuat dari batik dengan berbagai motif dan jenis.

Sejarah mencatat bahwa penggunaan tanjak sudah ada sejak abad ke-8 pada masa Kerajaan Sriwijaya.

BACA JUGA:Eksotis lagi Mempesona, Tempat Wisata dan Nongkrong di Palembang

Diperkirakan bahwa orang-orang Melayu Sriwijaya adalah yang pertama kali memakai tanjak dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Lipatan kain pada tanjak memiliki filosofi tersendiri, umumnya berjumlah ganjil, dengan beberapa jenis lipatan khusus sesuai dengan fungsi dan acara yang dihadiri.

Misalnya, tanjak yang dikenakan saat berperang biasanya berbentuk segitiga sederhana tanpa lipatan khusus.

Pada 8 Oktober 2019, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengakui Tanjak Palembang sebagai Warisan Budaya Takbenda.

BACA JUGA:Tahun Baru 2025, Tower Jembatan Ampera Dibuka: Nikmati Pemandangan Kota Palembang dari Ketinggian!

Sebagai upaya pelestarian, Pemerintah Sumatera Selatan mendorong masyarakat untuk terus memakai tanjak dan mewajibkan setiap bangunan di provinsi ini untuk menampilkan simbol atau lambang berupa tanjak, baik di gapura maupun di bagian bangunan lainnya.

Tanjak atau tengkolok pertama kali digunakan oleh masyarakat Sriwijaya di Sumatera. Pada tahun 750 Masehi, Raja Sriwijaya, Sang Jaya Bangsa, menaklukkan kerajaan Langkasuka di semenanjung Tanah Melayu, memperkenalkan tanjak ke kawasan tersebut.

Penggunaan tanjak kemudian menyebar ke Semenanjung Melayu dan dipengaruhi oleh budaya lokal seperti "kecopong" atau "ketopong."

Seiring waktu, penggunaan tanjak meluas ke wilayah-wilayah lain seperti Kedah, Kelantan, dan Patani. Dari sini, pengaruhnya menyebar ke berbagai daerah di Thailand Selatan dan Myanmar.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan