Pandemi Munculkan Ide Kreatif, Danau Bekas Pembuangan Sampah Membawa Berkah

DANAU SHUJI: Salah satu sudut keindahan wisata Danau Shuji yang terletak di Desa Lembak, Kecamatan Lembak, Kabupaten Muara Enim yang menjadi minta binaan Pertaminan Hulu Rokan Zona 4 (PHR) Zona 4.(foto al-azhar/enimekspres)--

Desa Lembak dahulunya adalah desa biasa yang terletak dipinggiran jalan lintas Prabumulih- Palembang. Secara administratif Desa Lembak masuk dalam Kecamatan Lembak, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Jarak Desa Lembak dari Kota Muara Enim sekitar 100 km atau bisa ditempuh dengan kendaraan sekitar dua lebih. Sementara jika dari kota Palembang jaraknya sekitar 80 km. Mayoritas penduduk Desa Lembak adalah petani karet, petani buah nanas dan sebagian lagi bekerja disektor lain.

Tapi, sejak tiga tahun terakhir, tepatnya pasca pandemic covid 19 Desa Lembak menjadi terkenal di Sumsel dan nasional. Dikarena di desa tersebut ada wisata Danau Shuji yang viral, serta intagramable di media sosial.

Danau Shuji menawarkan pesona yang indah, utamanya saat danau dipenuhi air. Para pengunjung bisa berkeliling danau menggunakan perahu atau bebek-bebekan, sembari berfoto-foto cantik dengan latar belakang gazebo atau saung yang berada ditepi danau.

Wisata Danau Shuji banyak menawarkan spot foto yang cantik dan instagramable. Misalnya berfoto di depan patung Shuji tentara Jepang, berfoto ditepi danau, berfoto di atas perahu, berfoto diarea gazebo, berfoto di atas jembatan dan kawasan Danau Shuji lainnya.

Danau Shuji terletak diujung desa, berjarak sekitar 6 km dari pusat Desa Lembak. Lokasi wisata Danau Shuji letaknya di Tengah-tengah kebun karet dan berdekatan sumur operasi milik Pertamina Hulu Rokan (PHR) Zona 4 Field Prabumulih.

Wisata Danau Shuji digagas oleh tokoh pemuda Desa Lembak yakni Bob Permana pada awal 2020 lalu. Di mana pada saat itu kondisi dunia, termasuk Indonesia sedang dilanda pandemic covid 19. Yang membuat perekonomian dan aktifitas masyarakat termasuk di Desa Lembak jadi terganggu. Bahkan ada puluhan masyarakat Lembak yang bekerja di perusahaan sekitar, mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Pandemic covid tak selamanya menjadi musibah. Sebab disisi lain pandemic covid bisa melahirkan ide kreatif bagi Bob Permana. Di mana Bob punya pemikiran untuk memanfaatkan sebuah danau di ujung desa mereka untuk dikelola menjadi sebuah tempat wisata. Danau tersebut adalah danau yang terbengkalai, tempat masyarakat membuang sampah atau dijadikan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) liar yang mencemari danau tersebut.

“Tepat pada 29 Mei 2020, sampah-sampah yang ada di Danau Shuji ini kami bersihkan. Setelah dibersihkan, danau ini belum dijadikan tempat wisata. Masih digunakan untuk tempat nongkrong para pemuda Desa Lembak,” terang Owner Wisata Danau Shuji yang juga Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), Bob Permana saat dibincangi koran Enim Ekspres dalam kegiatan visit media bersama PHR Zona 4, awal Oktober lalu.

Setelah danau dibersihkan, Bob menceritakan ia punya pemikiran kalau danau tersebut bisa dikembangkan menjadi tempat wisata. Kemudian, ia mengajak sejumlah pemuda dan masyarakat Desa Lembak yang pengangguran, termasuk yang terkena PHK akibat pandemic covid. Untuk menata danau menjadi sebuah tempat wisata yang layak dikunjungi masyarakat.

“Hingga akhirnya danau ini kita jadi tempat wisata. Kemudian kita berinama Danau Shuji. Karena dahulunya danau ini merupakan bekas dapur tentara Jepang. Nama Shuji kita ambil, dari nama komandan tentara Jepang pada saat itu yang bernama Shuji. Bahkan kita buatkan patungnya diarea masuk dan menjadi icon dari Danau Shuji ini,” tukas Bob.

Meski dengan segala keterbatasan, akses jalan yang masih hamparan batu, dan fasilitas wisata yang masih terbatas. Bob, beryakinan wisata Danau Shuji nantinya bisa terkenal dan banyak dikunjungi masyarakat.

Ditangan Bob Permana, bahwa pandemic covid 19 tak selamanya menjadi musibah. Dari sebuah danau yang menjadi tempat pembungan sampah, kini bisa menjadi berkah bagi Bob, para karyawan dan masyarakat Desa Lembak.

Pasca pandemic covid 19 yang sudah berlalu. Kini wisata Danau Shuji menjadi terkenal di Sumsel dan nasional. Setiap akhir pekan ratusan orang mengunjungi Danau Shuji. Bahkan saat hari libur nasional, bisa ribuan orang bisa datang ke Danau Shuji.

Saat ini wisata Danau Shuji dengan luas sekitar 6 hektar sudah semakin cantik, banyak spot foto yang instagramable. Ada dermaga, jembatan, perahu dan bebek-bebekan untuk keliling danau. Serta ada puluhan, pondok-pondokan dipinggiran danau untuk tempat bersantai dan makan-makan. Jalan masuk ke Danau Shuji sudah cor beton, untuk penerangkan sudah ada Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)  berkapasitas 8,72 watt peak (wp). Selain itu, juga sedang disiapkan jaringan listrik dan sudah terpasang tiang-tiang listrik dipinggiran jalan masuk Danau Shuji. Untuk mendukung kegiatan wisata pada malam harinya, khususnya camping ground.  Semuanya, itu berkat pembinaan dan bantuan yang diberikan oleh PHR Zona 4 Field Prabumulih.

“Setelah Danau Shuji resmikan kita jadikan tempat wisata. Mulai kita publikasikan di media sosial dan pemberitaan koran dan online. Kita meminta bantuan ke Pertamina untuk mempercantik Danau Shuji dengan beragam fasitas. Hingga Danau Shuji menjadi binaan dari Pertamina Prabumulih,” tutur Bob.

Secara bertahap, sambung Bob, Pertamina memberikan bantuan besi-besi cubing yang tidak terpakai. Mereka manfaatkan untuk membuat dermaga, jembatan, gazebo dan sejumlah fasilitas lainnya mayoritas dibantu oleh Pertamina.

Bob mengaku berkat binaan Pertamina Prabumulih. Danau Shuji yang baru sekitar tiga tahun menjadi tempat wisata. Danau Shuji sudah meraih sejumlah prestasi yang membanggakan bagi masyarakat Desa Lembak dan Kabupaten Muara Enim khususnya dalam dunia pariwisata.

Danau Shuji meraih juara I pesona desa wisata tingkat Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) 2021 dan meraih juara III Anugrah Pesona Indonesia (API) Award 2021 tingkat nasional, kategori destinasi wisata terbaru terbaik. “Apa yang diraih oleh wisata Danau Shuji tentunya berkat dukungan dan binaan dari Pemerintah Kabupaten Muara Enim dan PT Pertamina Prabumulih,” pungkas Bob Permana.

Sementara itu, Sekretaris pengelola Danau Shuji, Silvi Elviani menambahkan awal pembukaan wisata Danau Shuji ini adalah sekitar 60 masyarakat Desa Lembak yang diberdayakan bersama-sama mengelola Danau Shuji. Mereka adalah para pemuda yang belum ada pekerjaan, dan ada yang terkena PHK di perusahaan akibat pandemic covid. “Seiring berjalannya waktu kini tinggal 40 orang yang masih diberdayakan. Sisanya 20 orang sudah mendapatkan pekerjaan lain di perusahaan pasca pandemic covid,” ujar Silvi.

Pihaknya bersyukur, saat ini Danau Shuji menjadi salah satu wisata yang banyak dikunjungi oleh masyarakat di Sumsel. Jika hari biasa, pengunjung mencapai ratusan orang. Dengan biaya tiket yang sangat murah Rp3.000 untuk motor dan Rp5.000 untuk mobil pada hari biasa dan Rp10.000 untuk hari libur nasional.

“Sejak dibuka jadi tempat wisata, Danau Shuji selalu ramai dikunjungi masyarakat. Hari biasa pengunjung bisa mencapai 300 orang, akhir pekan sekitar 500-800 orang. Untuk hari libur nasional, biasanya pengunjung lebih ramai pernah mencapai 3.000 orang dalam sehari,” terang Silvi sembari menerangkan kedepan di area wisata Danau Shuji juga akan dibangun waterboom.

Sementara itu, Pjs Head Of Comrel & CID Pertamina Hulu Rokan Zona 4, Erwin Hendra Putra menerangkan bahwa wisata Danau Shuji menjadi binaan PHR Zona 4 sejak 2020. Dengan nama program Mbak Dewi Shuji (Lembak Desa Wisata Danau Shuji). Di mana pembinaan yang dilakukan selama empat tahun dan akan berakhir pada 2024. Dengan harapan,  nantinya wisata Danau Shuji menjadi wisata yang mandiri.

Erwin menerangkan pada 2020, setelah Wisata Danau Shuji menjadi mitra binaan, maka dibentuklah Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), Kelompok Sadar Lingkungan (Pokdarling) dan Kelompok Program Tanggap Bencana Kebakaran Danau Shuji (Protaberdasi) dan perbaikan infrastruktur.

Pada 2021 dilakukan peningkatan promosi wisata. 2022 dilakukan peningkatan kapasitas kelompok melalui pelatihan dan 2023 perluasan jaringan kemitraan kerja, dan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT). Selanjutnya pada 2024 mendatang dilakukan exit plant dengan harapan wisata Danau Shuji menjadi pariwisata mandiri dan ekowisata percontohan.

Untuk memaksimalkan Danau Shuji menjadi wisata yang bisa diandalkan. PT Pertamina secara bertahap memberikan sejumlah bantuan untuk eksistensi Danau Shuji seperti pembuatan dermaga, gazebo, jembatan, pengecoran jalan masuk, pembangunan PLTS dan Pembangunan jaringan listrik yang masih dalam tahap persiapan. “Serta sejumlah pelatihan bagi anggota Pokdarwis, Pordarling dan Protaberdasi untuk peningkatan keahlian dan kapasitas pengelola Danau Shuji,” papar Erwin.

Masih kata Erwin, kemudian melalui pembinaan PHR Zona 4 melakukan sejumlah program inovasi untuk Danau Shuji. Seperti Pokdarling adapun inovasi yang dilakukan yakni pemanfaatan ganggang hydrilla dari dalam danau untuk pakan ternak, pertama di Sumsel. Kemudian pembuatan perahu dan furniture dari daur ulang sampah plastic. Serta inovasi pembangunan bio-toilet dan kompos bio-toilet menjadi yang pertama di Indonesia.

Lalu Protaberdasi adapun inovasi program yang dilakukan yakni pembuatan posko siaga bencana, Pembangunan bak penampungan air dan sarana fasilitas bencana kebakaran.

Sementara untuk Pokdarwis, inovasi program yang dilakukan yakni budidaya ikan dan sayuran aquaponic, kerupuk dan kemplang khas Lembak, pojok baca Danau Shuji, website reservasi online pertama di Sumsel.  Kemudian sablon koas dan souvenir khas Shuji, Camping Ground dan gerai Oleh-oleh khas Danau Shuji.

Selanjutnya, Erwin menerangkan untuk sustainability compass  dari pembinaan terhadap wisata Danau Shuji ini, untuk Nature terdapat 12 ton pertahun limbah ganggang air danau Shuji diolah menjadi pakan ternak, 5.340 ton CO2eq emisi gas rumah kaca berhasil diturunkan, 2.400 kg/tahun pengurangan penggunaan pupuk kimia oleh kelompok tani di Desa Lembak.

Untuk Well Being, 25 orang kelompok ternak mengalami penghematan, 16 stakeholder berpartisipasi menciptakan rantai ekonomi baru bagi kelompok, tuna karya dan masyarakat.  Lima orang mendapatkan sertifikasi sebagai operator PLTS dari Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).

“Sedangkan dari sisi ekonomi, Pokdarwis Danau Shuji meraih pendapatan bruto mencapai Rp2,4 miliar lebih pertahun, pendapatan broto Protaberdasi yakni Rp108 juta pertahun dan pendapatan bruto Pokdarling yakni Rp402 juta lebih pertahun,” beber Erwin sembari menerangkan terdapat 86 orang yang berpartisipasi aktif di wisata Danau Shuji, serta ada 2.770 jiwa penerima manfaat tidak langsung di Desa Lembak.

“Untuk Social Return On Investment (SROI) dengan nilai 3,52 (sangat baik) dan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dengan nilai 89,97 (sangat baik),” tukas Erwin.

General Manager (GM) Pertamina Hulu Rokan Zona 4, Djudjuwanto menerangkan bahwa Pertamina EP berkomitmen menjadi visi Carporate Social Responsibility (CSR) menjadi perusahaan migas yang memberikan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan, yang bertumpuh pada strategi pengembangan masyarakat yang inovasitif. “Berbasis potensi lokal dan berkemitraan secara berkelanjutan untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan masyarakat,” ungkap Djudjuwanto sembari berharap program CSR/PPM Pertamina Prabumulih terus tumbuh dan berkembang bersama masyarakat.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Kepala Departemen Formalitas dan Komunikasi SKK Migas Sumbagsel, Safe’i Syafri mengapreasiasi kepedulian PHR Zona 4 dalam melakukan pembinaan melalui Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) terhadap masyarakat Desa Lembak dalam mengoptimalkan potensi Danau Shuji. Di mana dahuluya Danau Shuji  adalah tempat pembuangan sampah kini sudah menjadi tempat wisata yang populer bagi masyarakat Kabupaten Muara Enim, Prabumulih, Palembang dan sekitarnya.

“Saya mengapreasi atas support yang diberikan oleh Pertamina dalam mendukung kemajuan wisata Danau Shuji ini. Sebab Pertamina bukan hanya memberikan bimbingan dan pendampingan. Tapi Pertamina juga memberikan dukungan berupa bantuan fasilitas yang ada di Danau Shuji ini. Dengan tujuan agar Danau Shuji semakin cantik dan menarik. Sehingga bisa memuaskan pengunjung yang datang ke Danau Shuji,” papar Syafe’i Syafri.

“PPM yang dilakukan PT Pertamina Prabumulih kepada Wisata Danau Shuji ini adalah bagian dari Multiplier Effect (Dampak Berganda) kegiatan hulu migas yang ada di Sumatera Selatan,” tukas  Syafe’i Syafri.

Apresiasi juga datang dari Gesit Pratiwi Ningsih, perwakilan Dirjend Migas Kementerian Energi Sumber Daya Manusia (ESDM) yang saat itu sedang melakukan kunjungan ke Danau Shuji. Gesit menuturkan bahwa kegiatan PPM yang dilakukan oleh PT Pertamina terhadap Danau Shuji adalah dampak kegiatan hulu migas yang bisa dirasakan oleh masyarakat secara langsung. “Saya juga mengapresiasi masyarakat yang sudah punya inovasi menjadikan Danau Shuji menjadi tempat wisata yang menarik, dari yang sebelumnya hanya tempat pembuangan sampah,” beber Gesit.

Menurut Gesit, salah satu tugas dari Kementerian ESDM adalah melakukan pengawasan kegiatan yang dilakukan oleh Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) diantaranya membangun Multiplier Effect yang berkelanjutan, seperti yang dilakukan oleh PT Pertamina  ini. “Harapanya Danau Shuji bisa menimbulkan dampak ekonomi yang bisa menguntungkan masyarakat Desa Lembak,” harap Gesit.

Danau Shuji Membawa Berkah

Pasca pandemic covid 19, wisata Danau Shuji semakin banyak didatangi pengunjung. Membuat pendapatan Danau Shuji juga meningkat. Sebagian dari dana tiket masuk dan wahana permainan, disisihkan pengelola untuk memberangkatkan umroh para pegawai yang ada di Danau Shuji. “Pegawai yang sudah diberangkatkan umroh sudah 18 orang. Rinciannya 6 orang berangkat umroh pada 2021 dan 12 orang berangkat umroh pada September lalu,” ucap Silvi Elviani sekretaris pengelola Danau Shuji.

Keberkahan juga dirasakan oleh Waktoni (56) salah satu pemilik warung yang ada dipinggiran Danau Shuji. Ia membuka warung nasi dan ia juga menjual makan dan minuman. Di warung tersebut Waltoni ditemani sang isteri. “Kalau hari biasa kami cuma jual makanan dan minuman saja. Tapi kalau akhir pekan Sabtu dan Minggu kami jual nasi. Ada nasi pindang ikan, pindang daging, ayam goreng, dan lainnya. Sebab kalau akhir pekan, pengunjung yang datang cukup ramai dari hari biasa,” ungkap Waltoni saat dibincangi koran ini.

Waltoni yang sehari-harinya seorang petani karet ini mengaku bersyukur, ikut merasakan berkah dari berjualan dengan adanya Danau Shuji ini. Sebab, banyak pengunjung yang datang berbelanja di warung milikya. “Hasil yang didapat lumayan, cukuplah untuk menambahkan pendapatan keluarga,” ucap Waltoni.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Dadang Fauzi, pemuda Desa Lembak yang tidak tamat sekolah ini, diberdayakan dikelompok Usaha Mikro Kecil Menangah (UMKM) dalam pembuatan souvenir baju untuk Oleh-oleh. “Sejak adanya Danau Shuji, saya dapat pekerjaan, dapat pelatihan nyablon dari PT Pertamina membuat souvenir Oleh-oleh baju khas Danau Shuji,” urai Dadang.

Selain itu, sejak adanya Danau Shuji, Desa Lembak menjadi ramai. Jika sebelumnya, pedagang kerupuk dan kemplang yang ada dipinggiran Desa Lembak hanya sedikit. Sekarang sudah ada puluhan warung kerupuk yang berjejer. Jika pengunjung datang ke Danau Shuji, pulangnya pasti membawa Oleh-oleh kerupuk atau kemplang khas Lembak.

Salah satu pedagang kerupuk, Fitri mengaku sejak adanya wisata Danau Shuji, Desa Lembak menjadi ramaim kerupuk Lembak jadi terkenal. Dagangan kerupuknya juga banyak pembeli. “Saya berjualan kerupuk sejak 2016. Saat itu pembeli tidak banyak, paling hanya satu atau kantong kerupuk yang laku. Tapi sejak ada wisata Danau Shuji banyak pengunjung yang datang membeli kerupuk yang ia jual,” terang Fitri.

Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Lembak, Jasmadi mengungkapkan dengan adanya program Mbak Dewi Shuji telah memberikan peningkatan perekonomian masyarakat Desa Lembak.”Terima kasih PT Pertamina Prabumulih, dengan adanya Wisata Danau Shuji. Desa kami menjadi ramai, banyak masyarakat yang bisa diberdayakan, perekonomian masyarakat juga meningkat seperti halnya banyak pedagang kerupuk di desa kami. Pembeli cukup ramai, pengunjung dari Danau Shuji kalau pulang kebanyakan mampir beli kerupuk Lembak,” kata Jasmadi.

Terpisah, hal yang sama juga diungkapkan Plt Camat Lemak Didi Haryanto S Kom mengaku senang dengan adanya wisata Danau Shuji di Desa Lembak. Sebab sektor pariwisata bisa meningkatkan perekonomian masyarakat, banyak para pemuda yang diberdayakan di wisata Danau Shuji tersebut. Selain itu, keberadaan Danau Shuji tersebut tentunya membuat pariwisata Kabupaten Muara Enim bertambah dan terkenal di Sumsel dan nasional.”Ini semua tentunya berkat support dari Pemerintah Daerah Muara Enim, dan tentunya juga dunia usaha seperti PT Pertamina Prabumulih yang banyak memberikan bantuan fasilitas bagi Danau Shuji,” tutur Didi Haryanto.

Danau Shuji Icon Wisata Muara Enim

Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Muara Enim, Isdrin ST melalui Kabid Destinasi dan Industri Pariwisata, Robiah SH Msi mengungkapkan sejak 2019 atau ketika pandemic covid melanda, membuat masyarakat desa semakin kreatif. Salah satunya di Kabupaten Muara Enim banyak bermunculan destinasi-destinasi wisata baru yang dibuat oleh kelompok masyarakat atau pemerintah desa.

Kata Robiah, Danau Shuji yang berada di Desa Lembak, merupakan salah satu destinasi wisata yang pengembangannya cukup pesat dan banyak didatangi pengunjung. Sejak dirintis oleh pengelola Bob Permana pertengahan 2020 dan viral 2021. “Danau Shuji salah satu icon wisata di Muara Enim selain air terjun bedegung, yang ramai didatangi pengunjung,” jelas Robiah saat bincangi koran ini di ruang kerjanya, kemarin.

Sekarang ini, kata Robiah, Danau Shuji semakin terkenal  karena banyak Foto-foto yang diapload pengunjung dimedia sosial. Kemudian fasilitas di Danau Shuji juga semakin bertambah dan menarik. Terlebih lagi Danau Shuji mendapatkan bantuan fasilitas dari PT Pertamina. Seperti bantuan fasilitas gazebo, jembatan di tengah danau, peminjaman area parkir dan berbagai bantuan lainnya. “Dulu awal rintisan, gazebo yang ada di Danau Shuji cuma terbuat dari kayu-kayu dan atap. Sekarang sudah dibuat bagus dan itu dibantu Pertamina,” ujar Robiah.

“Pemkab Muara Enim mengapresiasi kepedulian PT Pertamina (PHR Zona 4) yang mendukung pengembangan pariwisata di Muara Enim, terkhusus dukungan terhadap keberadaan Danau Shuji,” tukas Robiah lagi.

Lanjut Robiah, meski baru sekitar tiga tahun dibuka. Keberadaan wisata Danau Shuji sudah membanggakan dengan prestasi penghargaan yang diraih. Pada 2021, Danau Shuji meraih juara I lomba destinasi wisata tingkat Sumsel. Kemudian juara III tingkat nasional dalam Anugrah Pesona Indonesia (API) Award 2021 sebagai kategori destinasi  wisata pendatang baru dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. “Ini tentunya prestasi yang membanggakan bagi dunia pariwisata di Muara Enim. Meski baru dibuka tiga tahun Danau Shuji sudah menjadi wisata yang mengharumkan nama Kabupaten Muara Enim ditingkat Sumsel maupun nasional,” ujar dia.

Robiah juga menerangkan pada 2019 berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Muara Enim terdapat 77 destinasi wisata, potensi dan objek wisata di Bumi Serasan Sekundang. Sementara hingga 2023, bertambah menjadi 89 destinasi wisata. “Salah satunya wisata Danau Shuji, yang baru muncul saat pandemi covid 19, viral dimedia sosial banyak didatangi pengunjung, ” papar Robiah.

Efek Berganda Hulu Migas

Pengamat ekonomi dari Universitas Sriwijaya, Umi Kalsum SE Msi AK CA mengungkapkan suatu keharusan bagi sebuah perusahaan seperti PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Zona 4 Prabumulih untuk mendukung pembangunan daerah dan peduli terhadap masyarakat sekitar lokasi perusahaan. Salah satunya melalui program Carporate Social Responsibility (CSR) atau Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM).

Kata Umi Kalsum, program CSR/PPM memiliki efek berganda. Di mana perusahaan mendapatkan dukungan masyarakat untuk kelancaran operasi hulu migas. Sementara masyarakat merasakan manfaat dari perusahaan melalui berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat. “Seperti dukungan Pertamina Prabumulih terhadap kemajuan wisata Danau Shuji yang ada di Lembak. Dengan melakukan pembinaan dan memberikan bantuan fasilitas pendukung wisata Danau Shuji tentunya sudah tepat sasaran,” ujar wanita berjilbab dan berkacamata yang sekarang sedang menempuh Pendidikan S3 di Unsri.

Umi kalsum menyarankan agar perusahaan-perusahaan, termasuk perusahaan migas untuk lebih memperbanyak pemberdayaan masyarakat melalui berbagai pelatihan. “Sebab ilmu yang didapat masyarakat tentunya lebih penting dalam memulai suatu usaha. Ketimbang bantuan sesaat yang membuat masyarakat terus tergantung dengan perusahaan,”  ujar Umi Kalsum.

Industri Hulu Migas Dukung Pembangunan Daerah

Kegiatan operasi hulu migas di Kabupaten Muara Enim, selain memiliki dampak manfaat bagi masyarakat sekitar perusahaan. Industri hulu migas juga mendukung kelancaran pembangunan daerah.

Di mana kegiatan operasi hulu migas setidaknya mendatangkan dua keuntungan bagi daerah. Pertama, Muara Enim mendapatkan dukungan pembangunan melalui program CSR/PKBL. Kedua, keuntungan dari dari Dana Bagi Hasil (DBH) sebagai daerah penghasil.

Pj Bupati Muara Enim  Dr Ahmad Rizali MA melalui Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Muara Enim, Ir Mat Kasrun didampingi Plt Kabid Ekonomi, Oktafiansyah menjelaskan bahwa sejak 2011 lalu, Kabupaten Muara Enim membentuk forum CSR/PKBL yang di dalamnya bergabung berbagai macam perusahaan, termasuk perusahaan-perusahaan Migas yang beroperasi di Muara Enim. Forum CSR ini dibentuk untuk mempermudah koordinasi stakeholders khusus perusahaan dalam mendukung pembangunan di Kabupaten Muara Enim melalui program pembangunan non APBD.

Mat Kasrun menjelaskan setiap tahun Pemkab Muara Enim menyusun program kerja melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang). Walaupun APBD Muara Enim  terbilang besar mencapai Rp2,7 Triliun. Tapi anggaran yang akan digunakan untuk pembangunan tetap terbatas. Oleh karenanya, usulan pembangunan dan program dari masyarakat yang tidak bisa dianggarkan melalui APBD. Titawarkan kepada perusahaan-perusahaan yang ada, termasuk perusahaan migas untuk terlibat mendukung pemerintah dalam pembangunan.” Pemkab Muara Enim hanya menawarkan usulan program. Perusahaan bebas memiliki mau berapa kegiatan yang bisa dibantu. Menyesuaikan dengan kondisi perusahaan dan kebutuhan masyarakat sekitar perusahaan. Bisa bentuk bantuan infrastruktur, Pendidikan, kesehatan, lingkungan, pemberdayaan masyarakat dan kegiatan lainnya,” terang Mat Kasrun.

Mat Kasrun mengatakan Pemkab Muara Enim mengapresiasi PHR Zona 4 yang selalu mendukung pembangunan di Kabupaten Muara Enim melalui program CSR.”Setiap akhir tahun perusahaan-perusahaan membuat laporan kegiatan CSR ke Pemkab Muara Enim. Kita tidak melihat besar kecil bantuan yang diberikan perusahaan. Tapi kepedulian perusahaan dalam mendukung pembangunan daerah dan memberdayakan masyarakat, itu yang kita apresiasi. Sebab dalam pembangunan, selain dilakukan pemerintah daerah, juga ada peran serta dunia usaha,” jelas dia.

Adapun realisasi bantuan dari dari PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Zona 4 meliputi field Prabumulih, Field Limau dan Field Adera pada 2022 lalu yakni secara total Rp688.650.342. Dengan rincian untuk kegiatan ekonomi Rp423.256.850, kegiatan  pendidikan Rp205.405.900, dan kegiatan bencana alam dan lingkungan Rp59.987.592.

“Sebagai bentuk apreasiasi, Pemkab Muara Enim setiap tahun memberikan penghargaan terhadap perusahaan dalam CSR Award. Di mana PT Permina selalu mendapatkan award dalam tiga besar perusahaan yang menerima penghargaan,” tukas Mat Kasrun.

Disisi lain, sebagai daerah penghasil Migas, Kabupaten Muara Enim mendapatkan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam sektor Minyak Bumi dan Gas Bumi berdasarkan Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan pemerintah Daerah. “DBH untuk Muara Enim tidak terlalu besar, tapi cukup untuk menjadi penopang besarnya APBD Muara Enim. Sebab DBH migas  merupakan salah satu sumber anggaran untuk pembangunan daerah ” ujar Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Muara Enim, Fery Sonevel SE, kemarin.

Fery menjelaskan, adapun realisasi penerimaan DBH Migas yang diterima Kabupaten Muara Enim pada 2022 lalu yakni bagi hasil dari pertambangan minyak bumi Rp12,9 Miliar. Dengan rincian bagi hasil dari pertambangan minyak bumi 15 % Rp12,4 Miliar lebih dan bagi hasil dari pertambangan minyak bumi 0,5 % (tambahan anggaran Pendidikan dasar) Rp416 juta. Kemudian penerimaan gas bumi pada 2022 dengan realisasi sebesar Rp58,7 Miliar lebih.

“Untuk 2023, untuk realisasi penerimaan bagi hasil dari minyak bumi hingga triwulan II (hingga Juni 2023) yakni Rp9,9 Miliar. Sedangkan untuk gas bumi hingga Juni 2023 bagi hasil dari negara yang didapat Pemkab Muara Enim yakni Rp17,6 Miliar,” urai Fery Sonevel.(@al)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan