Sumsel Menjawab Ketergantungan Energi Fosil: Menuju Energi Hijau
Ketergantungan Sumsel terhadap energi fosil berangsur ditekan demi menuju energi hijau. Foto: net/kolase--
KORANENIMEKSPRES.COM,--Ketergantungan Sumsel terhadap energi fosil berangsur ditekan demi menuju energi hijau.
Dalam 5 tahun terakhir, pemerintah pusat terus menekan ketergantungan dari energi fosil.
Salah satu caranya adalah dengan mempensiunkan pembangkit listrik tua yang usianya di atas 30 tahun.
Di Sumsel sendiri, pembangkit listrik berbahan baku batubara sudah mulai dicampur biomassa (cofiring) di samping Clean Coal Technology (CCT) dan menerapkan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS).
Menekan energi fosil dan menuju energi hijau bebas karbon bukan cuma program Indonesia tapi sudah menjadi kesepakatan global.
BACA JUGA:Mengatasi Ketergantungan Energi Fosil: Bagaimana Sumsel Menjawab Tantangan Energi Hijau?
BACA JUGA:Investasi Puluhan Triliun Ubah Sumsel Jadi Hijau dan Modern
Sumatera Selatan (Sumsel) kini mencuri perhatian nasional dengan langkah besar menuju transformasi energi hijau.
Berbekal 15 Proyek Strategis Nasional (PSN), Sumsel memposisikan diri sebagai pusat energi bersih yang siap menjawab tantangan global untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Infrastruktur sebagai Landasan Perubahan
Salah satu proyek kunci adalah pembangunan Tol Kayu Agung–Palembang–Betung, yang kini menjadi urat nadi transportasi di Sumsel.
Selain mempercepat distribusi barang dan jasa, jalan tol ini membuka peluang investasi baru di sektor industri dan perdagangan.
BACA JUGA:Bagaimana Proyek Gasifikasi Batu Bara di Sumsel Mengubah Tantangan Energi?
BACA JUGA:Menangani Ketimpangan Ekonomi di Sumsel: Bisakah Kawasan Industri Ramah Lingkungan Menjadi Kunci?