Masa Depan Energi Hijau: Indonesia Siap Pimpin Standar Baterai EV Global

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Bakrie menyatakan Indonesia siap pimpin standar baterai EV global demi masa depan energi hijau. Foto: kadin--

BACA JUGA:Kadin dan Kemenaker Bentuk Satgas UU Ketenagakerjaan Baru: Upaya Jaga Keseimbangan Bisnis dan Kesejahteraan

Anindya menjelaskan bahwa perusahaan seperti PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk, yang ia pimpin, telah membentuk Indo-Pacific Net-zero Battery-materials Consortium (INBC) untuk memperkuat kerja sama internasional. 

Menurutnya, kebutuhan Eropa dan Amerika Serikat terhadap material baterai berbasis nikel memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk berkontribusi.

Peluang kerja sama dengan Amerika Serikat juga menjadi sorotan, terutama di tengah upaya negara tersebut mengembangkan industri kendaraan listrik.

Anindya melihat bahwa Indonesia dapat menjadi pemasok perangkat keras bagi industri EV Amerika Serikat dengan menawarkan rantai pasok yang tangguh, efisien, dan terjangkau. 

BACA JUGA:Harapan KADIN Muara Enim Pada Cabub Pilkada 2024

"Meskipun kita belum memiliki perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan AS, peluang ini dapat menjadi dasar untuk menciptakan kerja sama bilateral yang saling menguntungkan," ujarnya.

Indonesia memiliki sumber daya yang besar untuk mendukung ambisi tersebut. 

Dari sisi sumber daya alam, Indonesia menguasai 22% cadangan nikel dunia, serta memiliki cadangan timah, tembaga, dan bauksit yang signifikan. 

Selain itu, potensi energi terbarukan di Indonesia sangat besar, termasuk panas bumi, hidro, tenaga surya, dan angin. 

BACA JUGA:Dukung Pengembangan UMKM, Bukit Asam (PTBA) Raih Penghargaan dari Kadin Sumsel

Pemerintah bahkan telah menetapkan target pembangunan pembangkit listrik sebesar 100 gigawatt dalam 15 tahun ke depan, dengan 75% dari total kapasitas tersebut berasal dari energi terbarukan. 

Angka ini hampir setara dengan kapasitas pembangkit listrik yang sudah terpasang saat ini.

Selain itu, kekayaan biodiversitas Indonesia, seperti hutan, lahan gambut, mangrove, dan terumbu karang, memiliki potensi menyerap karbon hingga 500 gigaton. 

Ini memberikan peluang pendanaan bagi berbagai inisiatif hilirisasi yang sedang berjalan. Dengan populasi 285 juta jiwa dan potensi pasar Asia Tenggara yang mencapai 800 juta jiwa, Indonesia memiliki basis konsumen yang sangat menjanjikan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan