Dari Lahan Reklamasi Bekas Tambang ke Hilirisasi, Jejak PTBA untuk Transisi Energi Masa Depan
Dirut PTBA, Arsal Ismai saat meninjau pembangunan pilot project biomassa berbasis kaliandra merah di Tanjung Enim.(dok/ptba)--
Hanya saja, hingga saat ini proyek hilirisasi batu bara menjadi DME di kawasan Tanjung Enim, saat ini masih dalam tahap pre-feasibility study.
BACA JUGA:PTBA dan Desa Karang Raja - Kolaborasi Tangguh Wujudkan Proklim Lestari
Jika proyek DME ini nantinya jadi berjalan, bisa dipastikan PTBA akan ditugaskan pemerintah sebagai penyedia pasokan batu bara.
Namun, disisi lain, proyek DME menghadapi tantangan besar, mulai dari sisi teknis, regulasi hingga pendanaan. Hal ini, terbukti sudah dua tahun proyek DME dicanangkan oleh Pemerintah, tapi hingga sekarang belum berjalan.
Tantangan dari sisi teknis, proyek ini menggunakan teknologi yang kompleks dan belum ada di Indonesia.
Tantangan teknis mencakup pembangunan infrastruktur yang masif, integrasi antara unit-unit produksi, serta pengelolaan risiko operasional. Selain itu, keandalan teknologi dan proses produksi juga menjadi hal yang perlu dipantau secara ketat.
Dari aspek regulasi, tantangan regulasi juga muncul, terutama terkait dengan penetapan harga dan subsidi untuk DME.
BACA JUGA:PTBA Dinobatkan sebagai Tempat Kerja Terbaik di Asia
Agar DME dapat bersaing dengan LPG, diperlukan kerangka regulasi yang jelas dan dukungan dari pemerintah, termasuk penetapan harga keekonomian yang wajar.
Kebijakan pemerintah yang mendukung konversi dari LPG ke DME juga penting untuk memastikan keberhasilan proyek ini.
Dari aspek pendanaan, proyek ini membutuhkan investasi yang sangat besar.
Memastikan pendanaan yang stabil dan berkelanjutan menjadi tantangan utama.
Walaupun didukung oleh mitra-mitra besar, skema pendanaan, dan pembiayaan proyek tetap memerlukan kajian yang mendalam, sejalan dengan aturan yang berlaku.
BACA JUGA:Kiprah PTBA dalam Meningkatkan Kualitas Kesehatan Masyarakat
- Tag
- Share
-
-
