"Mengatur tata cahaya di teater SMA lebih sulit. Gerak mereka kan belum matang," kata Hody. Tidak mudah membuat bagaimana sorot cahaya bisa mengikuti gerak pemain drama. Atau gerak penari.
Hody mengajarkan bagaimana cahaya lampu bisa mengikuti gerak penari secara tepat. "Sekarang memang sudah ada AI. Tapi keterampilan dasar harus punya," katanya.
Kini tubuh penari bisa dipasangi chip. Terhubung langsung ke lampu yang digerakkan dengan AI. Tidak mudah jadi guru tata cahaya di zaman kecerdasan buatan.
Habis makan kami ke hotel. Jalan dengan energi baru. Hody sudah ketularan budaya orang Shanghai: jalannya cepat.
Hody tahu, anak-cucu saya akan di Disneyland sampai malam. Ia pun begitu. Maka Hody menawarkan makan malam. Ia akan mengajak teman Indonesia lainnya. Teman itu juga dari Indonesia. Sudah 14 tahun pula di Shanghai. Wanita. Cantik. Istimewa. 明天见. (*)