Mereka harus siap hidup bergiliran di posko-posko terpencil di tengah hutan. Setiap tim beranggotakan 6 hingga 10 orang yang bertugas secara bergiliran selama 7–10 hari.
“Tapi demi tugas, semuanya dijalani dengan penuh tangungjawab demi suksesnya padamkan api saat membakar lahan,” urai Hasbi yang menjadi pegawai BPBD Muara Enim sejak 2010 lalu.
BACA JUGA:Pasang Spanduk Pencegahan Karhutla di 8 Desa
Hal yang sama juga diungkapkan Apriansyah, anggota BPBD Muara Enim yang lain, mengaku banyak suka dukanya menjadi bagian dari petugas BPBD dalam penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Muara Enim.
“Kalau sukanya, senang kalau kebakaran lahan bisa dipadamkan. Kalau duka, kita terpaksa jauh dari keluarga meski hanya 7 sampai 10 hari saat bertugas di posko kebakaran di lapangan,” ucap Apriansyah.
Pertamax dalam Derigen: Nyawa Kedua di Tengah Kobaran Api
Saat berada di lapangan, satu hal yang menjadi elemen penting yang tidak boleh tertinggal dan harus selalu tersedia yakni Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk menghidupkan mesin-mesin pompa air.
Tanpa, BBM api mustahil bisa dipadamkan, meski ada air kalau tidak ada BBM, pompa air, mesin jinjing, mobil hingga motor trail yang digunakan untuk menyusuri hutan tak berguna sama sekali layaknya besi tua.
BACA JUGA:Sampaikan Pesan Kamtibmas Larangan Karhutla dan Musik Remix
Karena api lebih cepat menghabiskan pohon-pohon dan lahan gambut, ketimbang langkah-langkah petugas.
“Selain air dan peralatan, ketersediaan BBM adalah nyawa kedua bagi kami dalam suksesnya memadamkan kebakaran lahan. Tanpa stok BBM, semua peralatan tak bisa dihidupkan dan tidak ada artinya sama sekali,” kata Hasbi lagi.
Oleh karenanya, Hasbi memastikan dalam setiap misi pemadaman kebakaran hutan dan lahan. Ia bisa memastikan bahwa mereka sudah menyiapkan stok BBM Pertamax untuk kendaraan dan peralatan mesin di lapangan.
“Tanpa Pertamax, pompa tak bisa hidup. Tanpa pompa, api tak bisa padam. Tanpa itu semua, kebakaran lahan tak bisa dipadamkan, bahkan nyawa bisa jadi taruhannya,” urai Hasbi.
BACA JUGA:Waspada Karhutla, Pemerintah dan Aparat Kecamatan Gunung Megang Himbau Masyarakat Tak Lengah
Terlebih lagi, kata Hasbi, lokasi kebakaran lahan dan gambut seringkali jauh dari pusat desa bahkan kecamatan, akses terbatas. Maka dari itu, setiap posko yang dibangun selalu dilengkapi logistik bahan bakar sebagai prioritas.
“Untuk stok BBM kita menggunakan Pertamax yang kita siapkan 5 derigen. Di mana satu derigennya berisi 30 liter Pertamax. Total ada 150 liter minyak Pertamax standby untuk stok,” jelas Hasbi memastikan saat stok Pertamax akan habis mereka akan mengisi dengan BBM baru yang dibeli di wilayah desa yang ada Pertashop atau di pusat kecamatan yang ada SPBU.