Soroti Sistem Keselamatan Kerja
MUARA ENIM, ENIMEKSPRES.CO - Kementrian PUPR akan melakukan identifikasi pendalaman dan evaluasi secara teknis terhadap kemungkinan penyebabnya tergulinh elektrik girder launcher flyover Bantaian, Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten Muara Enim, Kamis (7/3) lalu.
Pasalnya, potensi-potensi penyebab masalahnya bisa berbagai kemungkinan termasuk sistem keselamatan kerja di PT Ricky Kencana Sukses Mandiri (RKSM) yang mengerjakan proyek flyover Bantaian tersebut dengan skema multiyears selama 16 bulan.
"Sebelumnya kita menyampaikan duka yang mendalam atas meninggalnya 2 orang pekerja, akibat kegagalan girder erection ini. Untuk korban yang meninggal maupun yang sakit untuk dipenuhi sesuai aturan yang berlaku dan harus tuntas," kata Direktur Jenderal Bina Marga PUPR Dr Ir Hedy Rahadian, Sabtu (9/3).
Menurut Hedy, pihaknya mengklarifikasi beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab kegagalan erection ini. Sebab keruntuhannya bukan karena ambruk, tapi terguling. Selanjutnya kemungkinan adanya gaya tambahan akibat adanya kereta api yang lewat karena ada informasi dari pekerja bahwa sebelum keruntuhan, girder itu sempat berayun yang menyebabkan terguling.
BACA JUGA:Raih Penghargaan PMI Karena Aktif Gelar Donor Darah
BACA JUGA:Kesaksian Tetangga Keluarga yang Loncat dari Rooftop Apartemen
"Kami sudah memastikan kepada kepala balai, kepada penyedia jasa agar hak-hak pekerja, baik yang meninggal dunia atau yang sakit untuk diselesaikan atau dipenuhi haknya, perawatannya dipenuhi hingga tuntas," ujarnya.
Lanjut Hedy, pihaknya juga sudah mengintruksikan kepala balai dan Satker PPK untuk memberikan teguran keras kepada penyedia jasa, karena bagaimana pun ini adalah tanggungjawab penyedia jasa selaku pelaksana pengerjaan konstruksi. Selain itu, pihaknya juga menginstruksikan penyedia jasa untuk melakukan evaluasi menyeluruh, terhadap sistem manajemen keselamatan yang diterapkan dan memastikan ke depan tidak ada kejadian serupa.
Penyedia jasa juga harus menyiapkan langkah tindak lanjut penyelesaian tindak lanjut flyover Bantaian ini, sehingga tidak terlalu mundur. "Pada prinsipnya, kami di Kementerian PUPR Bina Marga menerapkan (Dis Tolerens) terhadap masalah safety. Kami sangat menyesalkan bahwa penyedia jasa tidak cukup bisa memenuhi standar-standar safety yang telah ditetapkan dalam kontrak pekerjaan, ini akan menjadi bahan evaluasi," tegasnya.
Mengenai penyebabnya, kata Hedy, ada beberapa kemungkinan yang diidentifikasi, yang pertama adanya potensi gaya lateral tambahan yang menyebabkan (Lantrinh) kemudian launcher girder itu menjadi terguling. Pihaknya juga mengidentifikasi perbaikan teknis pemasangan girder untuk mengantisipasi hal-hal seperti ini, yaitu dengan pemasangan (Aklur).
Kemudian juga pihaknya memahami bahwa ketika kereta api lewat komunikasi antara dua sisi menjadi terganggu karena suara bising. Jadi mungkin, ada hal-hal yang sifatnya koordinasi kemudian terputus, jadi ini baru potensi-potensi penyebab masalah.Pihaknya akan terus mendalami lebih lanjut dan melakukan evaluasi secara teknis.
Kedepan, lanjut Hedy pengerjaan proyek ini harus tetap berlanjut, karena seperti yang disampaikan di awal bahwa hak-hak korban dipastikan akan dipenuhi, baik yang meninggal ataupun sakit. Untuk pihak ketiga akan dilakukan teguran keras, karena adanya kecelakan kerja ini karena manajemen keselamatannya tidak cukup memadai.
"Kami informasikan bahwa jembatan bantaian ini sifatnya (sque), tidak lurus tetapi miring, mungkin penyedia jasa belum punya pengalaman bagaimana melakukan erection girder di jembatan miring.
Sebenarnya ada hal-hal yang tidak diperhatikan terkait jembatan yang sifatnya sque atau miring oleh pihak penyedia jasa. Panjang girdernya sendiri 50 meter ini termasuk kategori paling panjang . “Pihaknya memahami bahwa ini erection girdernya adalah yang paling sulit, karena paling berat dengan total berat 230 ton. Standar kekuatan 100 tahun dengan kemampuan menahan beban sesuai standar yaitu 45 ton,” tutup Hedy.(ozi)