Kedua, orang tionghoa atau orang cina selalu menghindari sifat konsumtif.
BACA JUGA:Sosialisasi Bahaya Knalpot Brong Go To School
BACA JUGA:Jual 2 Akun Media Sosial Seharga Rp 50 Miliar
Artinya, menurut anak angkat ulama KH Hamka ini, uang yang sudah di tangan tidak gampang dibelanjakan kepada barang yang konsumtif.
"Anak saya selalu saya ajarkan, meskipun kamu ada yang miliaran rupiah, tapi jangan beli jam tangan miliaran rupiah," tegasnya kepada anak-anaknya.
Menurutnya, uang miliaran rupiah itu akan jauh lebih dimodalkan usaha yang dengan itu asset akan kembali bertambah.
"Dapatnya dua, pertama asset usaha bertambah dan kedua bisa bantu orang karena menyerap tenaga kerja," sambungnya.
BACA JUGA:Ikut Membantu Kelancaran Pembangunan Desa
BACA JUGA:Peduli Sesama Gelar Donor Darah
Ketiga, orang tionghoa tidak suka menyimpan uang dalam bentuk cash.
Sehingga jika ada uang dalam bentuk cash akan cepat dijadikan modal usaha lagi, begitu seterusnya.
Keempat, setiap orang tionghoa atau orang cina selalu ada perasaan sungkan jika harus bergantung kepada orang lain.
Maksudnya adalah kebahagiaan orang tionghoa secara umum jika ia bisa mandiri, sekaligus membantu orang lain dibanding bergantung dengan orang atau dibantu orang.
BACA JUGA:Bantuan Bedah Rumah, Bukti Nyata Kepedulian Bukit Asam untuk Masyarakat
BACA JUGA:PAMA SSBA Peduli Pendidikan Sekitar Perusahaan, Salah satunya Mendukung Program Sekolah Penggerak
Itulah prinsip dasar pemikiran orang tionghoa sehingga mereka kebanyakan kaya secara materi.