KORANENIMEKSPRES.COM,-----Jembatan Ampera, ikon megah yang menjadi kebanggaan masyarakat Palembang dan Provinsi Sumatera Selatan, menyimpan banyak cerita sejarah yang layak untuk diungkap.
Sebagai penghubung vital antara kawasan Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi, jembatan ini menjadi bukti kemajuan infrastruktur di Indonesia.
Dibangun pada era 1960-an, Jembatan Ampera dirancang untuk mengatasi tantangan mobilitas yang dihadapi masyarakat Palembang.
Jembatan ini bukan hanya sekadar sarana transportasi, tetapi juga bagian dari identitas kota Palembang yang kental dengan nilai sejarah.
BACA JUGA:Di Era 1960-an Pembangunan Jembatan Ampera Fantastis
Dengan desain yang unik, Jembatan Ampera menjadi jembatan gantung pertama di Indonesia yang mengadopsi teknologi beton prategang.
Proses desain Jembatan Ampera dilakukan pada tahun 1962 oleh Friedrich Stapf, seorang insinyur asal Jerman.
Pelaksanaannya berada di bawah pengawasan langsung pemerintah Presiden Soekarno.
Proyek ambisius ini berhasil diselesaikan pada tahun 1965 dengan biaya sekitar 18 juta rupiah, angka yang sangat besar pada masa itu.
Teknologi beton prategang yang digunakan menjadi terobosan besar dalam dunia konstruksi, menandai era baru pembangunan infrastruktur di Indonesia.
BACA JUGA:Proyek Terowongan Sungai Musi: Solusi Inovatif Atasi Kemacetan Jembatan Ampera?
Selain berperan sebagai penghubung bagi aktivitas ekonomi dan sosial, Jembatan Ampera kini telah menjelma menjadi destinasi wisata unggulan.
Sejak tahun 2022, menara jembatan dirancang ulang menjadi atraksi wisata menarik, memungkinkan pengunjung menikmati keindahan panorama Sungai Musi dari ketinggian.
Keberadaan Jembatan Ampera tidak hanya menjadi simbol kemajuan teknologi, tetapi juga saksi bisu perjuangan dan perkembangan masyarakat Palembang.
Dengan panjang sejarah yang melekat, jembatan ini menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang ingin mengenal lebih jauh budaya dan pesona Bumi Sriwijaya.