NASIONAL, KORANENIMEKSPRES.COM,- Pemerintah telah meluncurkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai langkah strategis untuk menuju generasi emas Indonesia.
Program ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak-anak di Indonesia, dengan fokus pada kelompok usia tertentu.
Meski pelaksanaannya telah dimulai, program ini tetap menjadi perhatian masyarakat karena memunculkan berbagai opini pro dan kontra.
Beberapa pertanyaan yang sering muncul mencakup apakah program ini telah sesuai sasaran, apakah nutrisi yang disediakan mencukupi kebutuhan harian anak, serta pentingnya susu dalam menu gizi.
BACA JUGA:Polres Muara Enim Gelar Makanan Bergizi untuk Siswa SLB
Pada awal perencanaan, susu ditetapkan sebagai komponen wajib dalam program MBG.
Namun, dalam implementasinya, ada perbedaan di beberapa wilayah: sebagian sekolah menyertakan susu, sementara lainnya tidak.
Ketidaksesuaian ini memunculkan kritik, khususnya dari kalangan ahli gizi.
Perbedaan antara rancangan awal dan implementasi program dapat dilacak dari wacana penggantian susu sebelum peluncuran MBG.
BACA JUGA:Polsek Sungai Rotan Wujudkan Program Makanan Bergizi untuk Generasi Emas Indonesia
Alternatif seperti susu ikan atau daun kelor sempat diusulkan sebagai pengganti susu.
Namun, usulan ini menuai perdebatan karena kandungan gizi susu dianggap unik dan sulit digantikan oleh bahan lain.
Prof. Dr. Tria Astika Endah, seorang pakar gizi dari Universitas Muhammadiyah Jakarta, menegaskan bahwa menggantikan susu dengan sumber protein lain kurang tepat.
Menurutnya, susu menyediakan paket gizi lengkap yang sulit ditemukan dalam bahan pangan lain, baik dari sumber nabati seperti daun kelor maupun hewani seperti ikan.
BACA JUGA:Polres Muara Enim Berikan Makanan Sehat Bergizi Siswa SD