Idul Fitri: Euforia, Makna Sejati, dan Realita yang Tak Selalu Manis

Idul Fitri bukan sekadar perayaan, tapi refleksi. Sudahkah kita kembali fitrah atau hanya mengikuti tradisi? --
"Di antara manusia ada yang berkata, ‘Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,’ padahal sesungguhnya mereka bukanlah orang-orang yang beriman."_ (QS. Al-Baqarah: 8).
Kemenangan sejati hanya bagi mereka yang benar-benar berusaha mengendalikan hawa nafsu.
Silaturahmi: Tulus atau Formalitas?
BACA JUGA:Sunnah Idul Fitri: Biar Nggak Cuma Pakaian yang Baru, Amalan Ini Bikin Lebaran Makin Berkah!
Lebaran identik dengan maaf-maafan, tetapi apakah permintaan maaf itu benar-benar tulus atau hanya sekadar formalitas? Banyak orang bersalaman sambil tetap menyimpan dendam. Rasulullah SAW bersabda:
"Apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia mengingkari, dan apabila diberi amanah ia berkhianat."_ (HR. Bukhari & Muslim).
Silaturahmi sejati adalah yang benar-benar membersihkan hati dari prasangka buruk.
Kesucian Hanya dari Pakaian, Bukan Hati
Lebaran sering diidentikkan dengan baju baru dan makanan melimpah. Namun, apakah hati kita juga "baru"? Allah SWT mengingatkan:
BACA JUGA:Lebaran nggak lengkap tanpa ucapan! Dari yang serius sampai kocak, ini inspirasi ucapan Idul Fitri
"Pakaian takwa itulah yang paling baik."_ (QS. Al-A'raf: 26).
Baju mahal tak akan ada artinya jika hati masih penuh iri, sombong, dan dengki.
Menjadi Pemenang Sejati di Hari Kemenangan
Lantas, bagaimana cara meraih hakikat Idul Fitri yang sebenarnya?
Aspek Spiritual: Jadikan Idul Fitri sebagai awal peningkatan ibadah.