Kesenian Senjang: Warisan Lisan dari Musi Banyuasin yang Jadi Media Kritik Elegan nan Puitis

Kesenian Senjang dari Musi Banyuasin, seni tutur unik yang jadi jembatan antara rakyat dan pemerintah.--
KORANENIMEKSPRES. COM----Senjang: Seni Pantun Kritis dari Sumatera Selatan yang Jadi Warisan Budaya Tak Ternilai.
Di tengah kemajuan zaman dan gempuran hiburan digital, kesenian tradisional tetap menyimpan pesona tersendiri.
Salah satunya adalah kesenian Senjang, sebuah warisan budaya khas Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, yang tidak hanya menyajikan hiburan, tetapi juga menjadi alat komunikasi sosial yang unik dan penuh makna.
Senjang bukan sekadar seni tutur atau lantunan pantun. Ia adalah jembatan budaya yang menghubungkan masa lalu dan masa kini, tua dan muda, masyarakat dan pemerintah.
BACA JUGA:Tim Kesenian Kabupaten Muara Enim Memukau Menparekraf Sandiaga Uno di Festival Sriwijaya XXXII
Bentuknya adalah sastra lisan, biasa dilantunkan dalam bentuk pantun yang sarat pesan moral, kritik sosial, hingga ungkapan rasa syukur.
Kesenian ini lahir dan berkembang di Kecamatan Sungai Keruh, sebuah wilayah di Kabupaten Musi Banyuasin.
Dari sinilah Senjang mulai dikenal dan dipopulerkan, menyebar dari mulut ke mulut, dari satu panggung ke panggung lainnya, hingga menjadi bagian penting dari identitas budaya masyarakat setempat.
Tidak hanya sebagai sarana hiburan, Senjang juga kerap digunakan dalam acara-acara adat seperti peresmian rumah baru, syukuran, hingga momen-momen penting lainnya.
BACA JUGA:Tanjung Enim Carnival Berikan Dampak Kesenian dan Ekonomi Bagi Pelaku UMKM Lokal
Dalam setiap pertunjukan Senjang, terselip makna mendalam—nasehat bijak, kritik yang terselubung dengan santun, bahkan strategi hidup yang dibungkus dalam bentuk pantun yang indah.
Apa yang membuat Senjang istimewa adalah kemampuannya menjadi media komunikasi lintas generasi.
Dalam sebuah pertunjukan Senjang, seorang tetua adat bisa menyampaikan kritik terhadap pemerintah atau generasi muda tanpa menyinggung atau menyulut konflik.
Sebaliknya, generasi muda juga bisa menyampaikan aspirasi mereka secara terbuka namun tetap dalam bingkai kearifan lokal.