Bangkitkan Balung Pisah, Gus Amu Siap Antar PUJAKESUMA Jadi Pilar Pembangunan MEMBARA

Gus Amu Siap Antar PUJAKESUMA Jadi Pilar Pembangunan MEMBARA. Foto:ist--
MUARAENIM,KORANENIMEKSPRES.COM - Aura politik kebudayaan dan representasi identitas kembali mengemuka di Bumi Serasan Sekundang.
Penunjukan tokoh kharismatik Ahmad Mujtaba atau yang akrab disapa Gus Amu sebagai Penasehat Paguyuban Keluarga Besar Putra Jawa Kelahiran Sumatera (PUJAKESUMA) Kabupaten Muara Enim, tak sekadar menjadi penempatan figur, namun ini adalah pesan politik identitas yang tengah disusun dengan cermat dalam bingkai pembangunan daerah.
Gus Amu menyatakan kesiapan penuh untuk mendukung kemajuan PUJAKESUMA melalui berbagai sektor, mulai dari keagamaan, sosial, budaya hingga ekonomi kreatif.
Baginya, keberadaan masyarakat keturunan Jawa di Muara Enim bukan sekadar etnis minoritas diaspora, melainkan aset strategis yang siap dikonsolidasikan untuk mendukung visi besar daerah.
BACA JUGA:Karyawan Gaji di Bawah UMP Simak Sini! Anda Dapat BSU 2025 dari Kemnaker
BACA JUGA:Tol Palembang-Jambi yang Segera Operasional: Simbiosis 2 Provinsi Kebut Pertumbuhan Ekonomi
“Kami siap menyatu dalam visi-misi Muara Enim Bangkit Rakyat Sejahtera (MEMBARA) di bawah kepemimpinan H. Edison dan Hj. Sumarni.
Ini bukan hanya soal eksistensi, tetapi tentang kontribusi aktif dalam pembangunan,” ujar Gus Amu, Kamis 29 Mei 2025.
Ia juga menekankan pentingnya harmonisasi identitas Jawa dengan semangat kebhinekaan lokal.
Penunjukan Gus Amu menjadi langkah politis yang cerdas.
BACA JUGA:Progres Pembangunan Tol Yogyakarta–Bawen: Fokus pada Seksi 1 dan 6
BACA JUGA:Rest Area Tol Padang–Sicincin Sudah 80%! Warisan Budaya Minang dan UMKM Siap Sambut Pemudik
Dengan basis akar rumput yang kuat, jaringan keagamaan yang luas, serta pengaruh moral di kalangan santri dan tokoh muda, kehadirannya diyakini bisa menjadi jembatan strategis antara PUJAKESUMA dan pemerintah daerah.
Sementara itu, Ketua Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) PUJAKESUMA Muara Enim, H. Firmansyah, menyebut paguyuban ini sebagai upaya ngumpulne balung pisah—menyatukan kembali tulang-tulang yang tercerai berai.