Prosfek Sawit di Indonesia Makin Cerah, Nilai Ekspor Tembus Rp450 Triliun dan Menyerap 16 Juta Tenaga Kerja
Prosfek sawit di Indonesia makin cerah. Buktinya, menurut Kemenperin, nilai ekspor sawit tahun 2023 lalu sudah Rp450 triliun dan 16 juta tenaga kerja. Foto: ist--
BACA JUGA:Bukan Prabumulih, Ini Daerah Tertinggi dalam Produksi Sawit di Sumsel
BACA JUGA:Ini Daerah Tertinggi dalam Produksi Sawit, Bukan Muara Enim
Melihat potensi besar tersebut, Kemenperin mendukung upaya berbagai pihak dalam pengembangan inovasi teknologi industri pengolahan kelapa sawit baik di sektor hulu perkebunan sampai dengan sektor hilir di industri pengolahan.
“Kami juga mengupayakan fasilitasi pengembangan teknologi industri melalui penyusunan kebijakan yang pro-inovasi, hingga matching antarpihak terkait komersialisasi inovasi baru,” imbuhnya.
Putu menilai pentingnya pembentukan konsorsium multipihak dalam aktivitas riset untuk menghasilkan champion.
BACA JUGA:3 Daerah di Sumsel Unggul Soal Produksi Sawit
BACA JUGA:Petani Sawit di Sumsel Dilindungi BPJS Ketenagakerjaan
Salah satu contoh sukses konsorsium riset yang difasilitasi oleh Kemenperin adalah teknologi edible-coating berbasis minyak sawit untuk memperpanjang masa simpan buah tropis.
“Riset ini, yang didukung oleh Kemenperin, berhasil menjembatani kebutuhan industri dengan inovasi riset, dan saat ini sedang dalam proses sertifikasi food grade untuk komersialisasi,” terangnya.
Guna memacu penggunaan teknologi modern dan mendorong aktivitas riset, lanjut Putu, Kemenperin telah melakukan berbagai upaya strategis, antara lain pelaksanaan program restrukturisasi mesin dan peralatan produksi.
Selain itu, Kemenperin membangun Indonesia Manufacturing Center (IMC) untuk menunjang kolaborasi riset tersebut.
“Kami sangat terbuka untuk penggunaan IMC agar dapat memfasilitasi tindaklanjut hasil riset hingga mencapai komersialisasi. Kami juga mendorong perusahaan-perusahaan industri pengolahan sawit untuk dapat membangun pusat risetnya di Indonesia,” tandasnya.