Inflasi Desember 2024: Papua Pegunungan Tertinggi, Sulawesi Utara Terendah
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa inflasi tahunan (year-on-year/yoy) pada Desember 2024 mencapai 1,57 persen. Foto: net--
BACA JUGA:Evaluasi Kinerja Triwulan I, Sampaikan Inflasi Terkendali dan Progres Capaian Prioritas Pembangunan
Selain itu, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga naik sebesar 1,04 persen, kelompok kesehatan naik 1,93 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya naik 1,17 persen, kelompok pendidikan meningkat sebesar 1,94 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran naik 2,48 persen, serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya melonjak hingga 7,02 persen.
Namun, terdapat dua kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok transportasi yang turun sebesar 0,30 persen dan kelompok informasi, komunikasi, serta jasa keuangan yang menurun sebesar 0,27 persen.
Secara umum, inflasi mencerminkan perubahan harga yang terjadi dalam perekonomian dan berdampak pada daya beli masyarakat.
Faktor-faktor yang memengaruhi inflasi Desember 2024 tidak hanya berasal dari kenaikan harga barang kebutuhan pokok seperti makanan dan minuman, tetapi juga kelompok pengeluaran lainnya, termasuk perawatan pribadi yang menunjukkan kenaikan signifikan.
BACA JUGA:Stabilkan Harga dan Kendalikan Inflasi, Warga Serbu GPM
Kenaikan harga pada kelompok pengeluaran ini memberikan kontribusi besar terhadap angka inflasi tahunan.
Papua Pegunungan mencatat inflasi tertinggi dengan angka yang cukup signifikan.
Hal ini menunjukkan adanya tekanan harga yang lebih tinggi dibandingkan daerah lain.
Sebaliknya, Sulawesi Utara yang mencatat inflasi terendah, menunjukkan kestabilan harga relatif lebih baik.
BACA JUGA:GPM di Desa Aremantai Stabilkan Harga dan Kendalikan Inflasi
Di sisi lain, Provinsi Gorontalo menjadi salah satu daerah yang mengalami deflasi, dengan penurunan indeks harga di beberapa kelompok pengeluaran tertentu.
Pada tingkat kabupaten/kota, Kabupaten Jayawijaya mencatat inflasi tertinggi, sementara Kota Gorontalo menjadi wilayah dengan deflasi terdalam.
Kondisi ini menggambarkan adanya perbedaan tekanan harga yang mencolok antara daerah yang satu dengan lainnya, dipengaruhi oleh faktor-faktor lokal seperti distribusi barang, kondisi ekonomi wilayah, dan pola konsumsi masyarakat.
Selain itu, Pudji juga menekankan pentingnya memantau kelompok-kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks seperti transportasi serta informasi dan komunikasi.