Cerita Tutia Rahmi, Angkat Derajat Keluarga Berkat Beasiswa dari Bukit Asam (PTBA)
Cerita Tutia Rahmi, Angkat Derajat Keluarga Berkat Beasiswa dari Bukit Asam (PTBA)--
KORANENIMEKSPRES.COM,----Tutia Rahmi masih tak menyangka dapat menggapai cita-citanya sekaligus mengangkat derajat keluarga.
Ia berasal dari keluarga prasejahtera di Kelurahan Air Lintang, Muara Enim. Ibunya seorang buruh cuci setrika.
Suatu hari pada tahun 2013, Tutia yang baru menyelesaikan ujian akhir di SMK mendapat telepon dari salah satu gurunya.
Guru tersebut menanyakan apakah Tutia ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Tentu saja Tutia ingin, tapi keluarganya tak mampu menanggung biaya kuliah.
BACA JUGA:Bukit Asam (PTBA) dan IZI Berdayakan Masyarakat Desa Prabu Menang Lewat Usaha Tempe
Lantas sang guru mengajak Tutia ke sosialisasi Program Bantuan Biaya Pendidikan Mahasiswa Sekitar Bukit Asam (Bidiksiba).
Bermodal semangat, perempuan kelahiran 1995 ini pun mendaftarkan diri untuk mendapatkan beasiswa Bidiksiba.
Ia diterima di Program Studi Akuntansi Universitas Sriwijaya (Unsri) dan lolos seleksi Bidiksiba.
"Saya waktu itu masih belum percaya kalau bisa (kuliah dengan beasiswa Bidiksiba) segratis itu. Saya masuk di jurusan akuntansi Universitas Sriwijaya. Dibiayai semua, sejak tes sudah dibiayai sampai ongkos transportasi pulang pergi untuk ikut tes," tutur Tutia.
BACA JUGA:Wujudkan Kota Wisata, Bukit Asam (PTBA) Bangun Botanical Garden di Lahan Bekas Tambang
Tak menyia-nyiakan kesempatan, Tutia tekun menempuh pendidikan tinggi untuk mengejar cita-citanya, yaitu menjadi auditor. Dalam waktu 3 tahun 10 bulan, Tutia berhasil lulus.
Kemudian ia mengikuti seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun 2017.
"Lulus tahun 2017, saya ikut seleksi CPNS, kebetulan dibuka posisi untuk Auditor Ahli Pertama. Hanya dibuka untuk 3 orang. Saya masih enggak percaya bisa mengalahkan ribuan orang. Terkabul cita-cita menjadi auditor. Sekarang saya bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN)," ujarnya.
Rumah kayu yang hampir roboh milik orang tua Tutia, sekarang sudah berubah menjadi rumah permanen. Ibunya tak perlu lagi membanting tulang menjadi buruh cuci setrika.