Baca Koran Enim Ekspres Online

Dari Papan Tulis ke Laptop, Kelas Digital Menyongsong Masa Depan

para siswa MTsN 2 Muara Enim sedang mengikuti pembelajaran di kelas digital.--

“Serta memberikan manfaat yang signifikan dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa,” urai Misliyani.

Apa tantangan terbesar yang dihadapi dalam menerapkan pembelajaran berbasis digital di MTsN 2 Muara Enim? Misliyani menerangkan bahwa tantangan terbesar ada di server. Karena saat ini sekolah hanya memiliki 2 unit, itupun komputer server  lama batuan dari PTBA tahun 2019 yaitu Dell T-30 yang terbatas performanya mengingat sekarang sudah 2025. 

BACA JUGA:Optimalisasi Pembelajaran Ramadan 1446 H: Sinergi Kurikulum dan Spiritualitas

Selain itu, adaptasi guru terhadap teknologi baru juga menjadi tantangan. Meski sudah diberi pelatihan, tidak semua guru langsung terbiasa menggunakan platform digital dalam proses belajar mengajar.

Kendala lain, belum adanya langganan internet dedicated yg masuk di wilayah muara Enim, masih shared.

“Sehingga administrator IT kami masih kesulitan mendapatkan IP public utk akses dari luar, walaupun masih bisa diakali dengan berlangganan IP public  lain,  wireguard dan DDNS bawaan mikrotik,” papar Misliyani.

Akses Internet jadi Kunci Keberhasilan Kelas Digital

Kondisi ini sejalan dengan apa yang disampaikan Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kabupaten Muara Enim, Ardian Arifanardi AP Msi, menegaskan bahwa kondisi akses internet di desa-desa Muara Enim secara umum cukup baik.

“Saat ini sekitar 73 persen desa sudah memiliki akses broadband melalui jaringan 4G/5G. Namun, masih ada 27 persen desa dengan kondisi sinyal lemah, dan tiga desa di antaranya masuk kategori blankspot,” ungkap Ardian.

BACA JUGA:Mengapa Kita Harus Belajar Al-qur'an Terus? Ini Alasannya!

Menurutnya, tantangan terbesar pemerataan akses internet di pedesaan Muara Enim terletak pada terbatasnya infrastruktur BTS dari provider telekomunikasi. Kondisi geografis dan sebaran penduduk yang tidak merata, juga menjadi faktor yang memengaruhi.

“Karena itu, kami di Kominfo tidak hanya mendorong penyedia telekomunikasi untuk membangun BTS baru. Tapi juga berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Digital untuk percepatan pengentasan blankspot,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa prinsip pembangunan digital di desa bukan hanya sebatas soal infrastruktur. “Yang terpenting adalah bagaimana teknologi benar-benar memberi manfaat yang setara, inklusif, dan berkeadilan bagi seluruh warga, termasuk para siswa di sekolah yang belajar kelas digital,” jelas Ardian.

“Kami juga bekerja sama dengan penyedia layanan internet (ISP) dalam membangun jaringan fiber optik untuk mendukung internet desa,” tambahnya.

BACA JUGA:SIDEK-Edu: Dari Tantangan Pandemi Menuju Revolusi Pembelajaran Akuntansi Digital

Selain itu, Kominfo terus menggandeng pemerintah desa sebagai ujung tombak digitalisasi.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan