NASIONAL, KORANENIMEKSPRES.COM - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Novyan Bakrie kembali mengukir kiprah internasional dengan tampil sebagai pembicara dalam forum prestisius Milken Institute Global Conference 2025 yang digelar di Los Angeles, Amerika Serikat, Selasa (6/5/2025) waktu setempat.
Dalam ajang yang menghimpun para pemimpin dunia dari beragam sektor—mulai dari bisnis, investasi, hingga sains dan kebijakan publik—Anindya atau akrab disapa Anin, menyerukan pentingnya menciptakan keseimbangan baru dalam kemitraan strategis antara Indonesia dan Amerika Serikat.
"Indonesia datang bukan hanya untuk memperkuat jalinan bisnis, tetapi untuk memperkenalkan wajah baru negeri ini di era kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto," ujar Anin di hadapan audiens global.
Kehadirannya dalam forum tersebut bukan sendirian.
BACA JUGA:Kadin Dorong Kolaborasi Industri Tekstil Indonesia-AS: Perkuat Perdagangan Dialog Bersama Cotton USA
Bersama Anin, tampil pula tokoh-tokoh kunci Indonesia lainnya seperti Pandu Sjahrir dari Danantara dan diplomat senior Dino Patti Djalal yang juga menjabat sebagai Milken Fellow.
Kolaborasi ini menunjukkan keseriusan Indonesia untuk mengambil peran lebih besar di panggung ekonomi dan diplomasi dunia.
Anin menyoroti perlunya perluasan cakrawala kerja sama bilateral, tidak semata pada perdagangan umum, tetapi merambah sektor-sektor bernilai strategis seperti mineral kritis, teknologi, dan ketahanan pangan.
Ia mencontohkan potensi ekspor Indonesia yang bisa diperluas di sektor padat karya seperti alas kaki, garmen, elektronik, dan karet—sementara AS bisa menyuplai kebutuhan protein seperti kedelai, susu, dan daging.
BACA JUGA:Kadin: Saatnya Indonesia Perkuat Diplomasi Ekonomi dan Tumbuhkan Kepercayaan Pasar
Lebih dari sekadar peluang dagang, Anin menekankan bahwa peningkatan hubungan ekonomi harus berdampak nyata terhadap penciptaan lapangan kerja di dalam negeri.
Ia menargetkan lonjakan nilai perdagangan Indonesia-AS dari 40 miliar dolar AS menjadi 80 miliar dolar AS dalam dua tahun mendatang, yang diyakini mampu menyerap ratusan ribu tenaga kerja tambahan di sektor industri.
"Kalau bisa tumbuh dua hingga tiga kali lipat, maka kita berbicara tentang potensi penambahan 200 sampai 400 ribu pekerjaan baru," ungkapnya optimis.
Namun, ia tak menutup mata terhadap tantangan global, terutama isu tarif perdagangan yang kerap membayangi hubungan ekonomi antarnegara.
BACA JUGA:Kadin Solid dan Kompak Siap Jadi Mitra Strategis Pemerintah