Dia menjelaskan bahwa sel-sel kanker terus berusaha menghasilkan antibodi, seperti yang sel plasma sehat lakukan.
Namun, sel-sel myeloma menghasilkan antibodi abnormal yang tidak dapat tubuh gunakan.
Sebaliknya, antibodi abnormal dapat menumpuk di dalam tubuh dan menyebabkan masalah seperti kerusakan pada ginjal.
Bahkan, sel kanker juga dapat menyebabkan kerusakan pada tulang yang meningkatkan risiko patah tulang.
Faktor Risiko
Risiko Multiple Myeloma meningkat seiring bertambahnya usia dan umumnya tidak dapat disembuhkan, dengan angka kematian yang masih sangat tinggi.
BACA JUGA:Tips Mempersiapkan Diri Maksimal, Sambut Hari Kemenangan Idul Fitri 1445H
Sekitar setengah dari pasien yang baru terdiagnosa tidak dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun dan sekitar satu dari sepuluh pasien dengan multiple myeloma akan meninggal dalam waktu kurun waktu satu tahun setelah didiagnosa.
Prevalensi Jumlah Penderita
Secara global terjadi peningkatan kasus Multiple Myeloma sebanyak 126% dari tahun 1990 hingga 2016 dan sebesar 106% hingga 192% untuk semua kuintil SDI (Socio Demographic Index).
Tiga wilayah dunia dengan tingkat kejadian Multiple Myeloma tertinggi berdasarkan usia adalah Australasia, Amerika Utara, dan Eropa Barat.
Walaupun Indonesia tidak termasuk dalam tiga wilayah tersebut namun berdasarkan data Globocon tahun 2020, diperkirakan terdapat terdapat 3.151 pasien baru terdiagnosa Multiple Myeloma di Indonesia.
BACA JUGA:5 Fakta Masalah Kulit Kering saat Puasa
Devy Yheanne, Country Leader of Communications & Public Affairs Johson & Johnson Innovative Medicine untuk Indonesia, Malaysia dan Philippine, menyatakan bahwa penting dalam upaya memerangi penyakit dan meningkatkan kesadaran pada masyarakat.
Oleh karenanya Johnson & Johnson terus bekerja sama dengan para mitra untuk memberikan informasi luas dan bermanfaat bagi masyarakat.
Selama lebih dari 30 tahun komitmen berkelanjutan dari Johnson & Johnson terhadap inovasi telah membuka jalan di bidang onkologi.