KORANENIMEKSPRES.COM - Desa Kasongan di Bantul, Yogyakarta, telah lama dikenal sebagai pusat kerajinan gerabah yang kaya akan sejarah dan budaya.
Cerita tentang bagaimana kerajinan gerabah di desa ini dimulai cukup unik dan berakar dari kejadian bersejarah yang berhubungan dengan masa kolonial Belanda.
Menurut cerita, pada suatu waktu di masa penjajahan Belanda, seekor kuda milik seorang polisi Belanda mati di atas tanah milik salah satu warga Kasongan.
Warga tersebut, khawatir akan menerima hukuman dari pemerintah kolonial, memutuskan untuk merelakan tanahnya.
BACA JUGA:Pendopo Agung Tamansiswa Jogja: Warisan Sejarah dan Pendidikan yang Berharga
BACA JUGA:Gunung Api Purba Nglanggeran: Destinasi Sejarah dan Alam Menakjubkan di Yogyakarta
Tindakannya ini menarik perhatian warga sekitar, dan beberapa dari mereka mengikuti jejaknya dengan memberikan tanah mereka juga.
Akibatnya, tanah-tanah yang telah direlakan itu diambil alih oleh warga desa lainnya.
Warga yang kehilangan tanahnya kemudian mulai memikirkan cara baru untuk mencari penghidupan.
Mereka memanfaatkan tanah liat yang melimpah di sekitar mereka dan mulai mengolahnya menjadi mainan serta peralatan dapur seperti kuali, kendil, dan cowek.
BACA JUGA:Keindahan Destinasi Wisata Pantai Kukup Gunung Kidul Jogja Belum Banyak Diketahui Lho
BACA JUGA:Kuliner Wajib di Sekitar Malioboro Yogyakarta yang Harus Kamu Nikmati
Dari sinilah cikal bakal kerajinan gerabah di Kasongan berkembang, menjadi mata pencaharian baru bagi warga setempat.
Sejarah kerajinan gerabah di Kasongan sebenarnya sudah ada sejak lama.
Berdasarkan keterangan dari Isi.ac.id, kegiatan seni kerajinan gerabah di desa ini telah ada sejak zaman Perang Diponegoro (1825-1830).