Pada masa itu, masyarakat sudah terbiasa membuat berbagai peralatan dari gerabah untuk kebutuhan sehari-hari, seperti pengaron, anglo, dan alat dapur lainnya.
BACA JUGA:Sejarah Serta Keistimewaan dan Makna Filosofi dari Tugu Kebanggaan Masyarakat Jogja
Gerabah tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal tetapi juga menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat pada masa itu.
Namun, perkembangan signifikan Desa Wisata Kasongan terjadi pada tahun 1971-1972, ketika seorang seniman besar dari Yogyakarta bernama Sapto Hudoyo ikut andil dalam mengembangkan desa ini.
Sapto Hudoyo melihat potensi besar dalam kerajinan gerabah Kasongan dan memutuskan untuk membina para pengrajin di sana.
Melalui bimbingannya, para pengrajin tidak hanya belajar membuat gerabah dengan desain yang lebih artistik tetapi juga mempelajari aspek komersial dari kerajinan tersebut.
BACA JUGA:Tugu Pal Putih, Ikon Sejarah Jogja yang Tetap Mempesona
Hasilnya, produk gerabah Kasongan mulai memiliki sentuhan seni yang lebih modern dan menarik perhatian pasar yang lebih luas.
Berkat upaya Sapto Hudoyo, Desa Kasongan kini dikenal sebagai salah satu destinasi wisata seni yang paling terkenal di Yogyakarta.
Para pengrajin di Kasongan tidak hanya membuat gerabah tradisional, tetapi juga telah mengembangkan produk lain yang beraneka ragam.
Saat ini, selain gerabah, mereka juga memproduksi berbagai kerajinan berbahan dasar tanah liat yang telah dimodifikasi dengan kreativitas tinggi.
BACA JUGA:Cuma 3 Jam 3 Jogja, Ini Tempat Indah Negeri di Atas Awan di Wonosobo
Produk-produk seperti patung, vas bunga, dekorasi rumah, hingga furnitur berdesain unik banyak diminati, baik oleh wisatawan domestik maupun internasional.
Desa Wisata Kasongan kini menjadi simbol dari kekuatan kreativitas dan ketahanan budaya.