BACA JUGA:Bukit Asam (PTBA) Raih Penghargaan Annual Report Award 2023
Zailani menemukan jalan keluar dari kegelapan tambang ilegal yang pernah mereka lakoni.
Ia kini menjalani kehidupan yang lebih berkelanjutan dan bermakna dalam program Eco Agrotomotion yang ramah lingkungan, menggabungkan teknologi pertanian dengan upaya konservasi alam.
Apa yang membuat kisah Zailani begitu istimewa? Ternyata, ia tidak hanya mengubah hidupnya sendiri, tetapi juga menjadi tumpuan bagi 13 mantan penambang batubara ilegal lain yang bernasib serupa.
Kini, mereka menggantungkan harapan dimasa depan dalam program Eco Agrotomotion.
BACA JUGA:Tingkatkan Kapabilitas SDM, Delegasi Bukit Asam (PTBA) Belajar Soal Inovasi Energi Terbarukan
"Program Eco Agrotomotion ini baru berjalan sejak 2023 lalu, yang merupakan program pemberdayaan dari PT Bukit Asam untuk mantan penambang batubara illegal," ungkap Zailani memulai cerita saat dibincangi koranenimekspres.com.
Zailani mengakui bahwa binaan PTBA untuk Desa Tanjung Karangan sudah berjalan sejak 2018 melalui Program Kampung Iklim (Proglim) dan ia dipercaya sebagai ketua Proklim.
Di mana masyarakat sudah ditanamkan kepedulian lingkungan dengan 77 program.
Hasilnya, pada 2018 Desa Tanjung Karangan mendapatkan penghargaan dari gubernur Sumsel dan mendapatkan penghargaan sertifikat utama dari Kementerian Lingkungan Hidup RI.
BACA JUGA:Bukit Asam (PTBA) Sukses Raih Tiga Penghargaan di Ajang Top BUMN Awards 2024
"Sebagai ketua Proklim, saya punya tanggungjawab sosial dan lingkungan, hingga pada 2023 dibentuklah program Eco Agrotomotion SIBA pembibitan ini. Di mana kerjasama dengan PTBA terus berkelanjutan," urai Zailani.
Zailani menjelaskan program Eco Agrotomotion ini merupakan program pemberdayaan dengan anggota 13 orang, yang merupakan mantan penambang batubara ilegal.
Ia memberikan edukasi tentang program Eco Agrotomotion kepada kawan-kawannya, bagaimana mencari pekerjaan yang bisa diwariskan kepada anak cucu dimasa mendatang.