Rambang Niru vs. Lubai Ulu: Duel Sengit Raja Sawit Muara Enim, Siapa Juaranya?

Persaingan dalam produksi kelapa sawit di Muara Enim semakin ketat! Dua kecamatan utama, Rambang Niru dan Lubai Ulu, kembali menjadi motor penggerak industri sawit di wilayah ini.--
KORANENIMEKSPRES.COM,MUARA ENIM –Persaingan dalam produksi kelapa sawit di Muara Enim semakin ketat! Dua kecamatan utama, Rambang Niru dan Lubai Ulu, kembali menjadi motor penggerak industri sawit di wilayah ini.
Meski keduanya mengalami sedikit penurunan produksi, posisi mereka sebagai rajanya sawit di Kabupaten Muara Enim masih belum tergoyahkan.
Rambang Niru: Masih di Puncak, Tapi Mulai Melambat?
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Muara Enim, Rambang Niru mencatat produksi kelapa sawit sebesar 10.214 ton pada tahun 2022.
Angka ini turun dari 11.147 ton pada tahun sebelumnya. Meski demikian, kecamatan ini tetap menjadi penyumbang terbesar di wilayah tersebut.
BACA JUGA:Selain Perkebunan Sawit, Karet dan Kopi Sumsel Juga Teratas Dalam Penghasil Sayuran
Penurunan ini memicu berbagai spekulasi. Apakah akibat faktor cuaca, kebijakan pemerintah, atau regenerasi lahan sawit yang belum optimal? Para petani di wilayah ini tentu berharap produksi kembali meningkat di tahun mendatang.
Lubai Ulu: Mengejar Ketertinggalan, Tapi Masih di Bawah Rambang Niru
Di sisi lain, Lubai Ulu juga mengalami penurunan produksi, dari 9.220 ton (2021) menjadi 8.108 ton (2022).
Meski demikian, kecamatan ini masih bertahan sebagai produsen kelapa sawit terbesar kedua di Muara Enim.
Banyak faktor yang memengaruhi penurunan ini, termasuk efisiensi lahan, harga pupuk, serta perawatan kebun. Namun, Lubai Ulu tetap memiliki potensi besar untuk bersaing dan bahkan mungkin menggeser Rambang Niru di masa depan jika ada perbaikan dalam manajemen perkebunan.
BACA JUGA:Sumsel Sumbang Karet, Sawit dan Kopi untuk Bermain di Pasar Lokal hingga Global
Siapa yang Akan Bertahan di Puncak?
Meski mengalami penurunan, Rambang Niru dan Lubai Ulu tetap menjadi raja sawit di Muara Enim. Namun, beberapa kecamatan lain mulai menunjukkan peningkatan produksi, seperti Gunung Megang, yang produksinya melonjak dari 285 ton menjadi 2.124 ton dalam setahun!