Idul Fitri, Momen Kemenangan atau Rutinitas Tahunan?

Ramadan telah berlalu, Syawal pun tiba. Seiring gema takbir yang menggema, umat Muslim merayakan Idul Fitri dengan penuh suka cita. Namun, sebuah pertanyaan besar muncul: Apakah kita benar-benar kembali suci, atau hanya sekadar merayakan tradisi tahunan t--
Artinya, Idul Fitri bukan hanya tentang ibadah individu, tetapi juga bagaimana kita berperilaku dalam kehidupan sosial. Apakah kita sudah benar-benar menjadi pribadi yang lebih baik? Atau hanya menjadikan Idul Fitri sebagai ajang pamer dan euforia semata?
Kesalahan Umum dalam Memahami Idul Fitri
Banyak orang yang salah kaprah dalam merayakan Idul Fitri. Beberapa fenomena berikut sering terjadi:
BACA JUGA:Sunnah Idul Fitri: Biar Nggak Cuma Pakaian yang Baru, Amalan Ini Bikin Lebaran Makin Berkah!
1. Kemenangan Tanpa Perjuangan
Sebagian orang merasa pantas merayakan kemenangan, padahal selama Ramadan tidak benar-benar berusaha memperbaiki diri.
Mereka hanya ikut-ikutan sahur dan berbuka, tetapi tetap malas beribadah. Bagaimana bisa merasa menang jika tidak pernah berjuang?
2. Pesta Lebih Meriah dari Ibadah
Setelah sebulan menahan diri, Syawal malah menjadi ajang balas dendam.
BACA JUGA:Lebaran nggak lengkap tanpa ucapan! Dari yang serius sampai kocak, ini inspirasi ucapan Idul Fitri
Makanan berlimpah, pesta di sana-sini, bahkan shalat Idul Fitri pun hanya formalitas.
Yang lebih miris, ada yang sibuk berfoto-foto Lebaran tapi lupa membaca Al-Qur'an yang sebelumnya rajin dibaca selama Ramadan.
3. Silaturahmi Hanya Sekadar Formalitas
Setiap Lebaran, ucapan "mohon maaf lahir batin" bertebaran di media sosial, dikirim secara massal tanpa perasaan.
Padahal, hakikat silaturahmi adalah membersihkan hati dari dendam dan kebencian. Maaf yang tulus bukan sekadar kata-kata, tetapi harus disertai perubahan sikap.