Batubara Tanjung Enim Penopang Pertumbuhan Ekonomi Sumsel

Batubara salah satu penopang perekonomian sumatera selatan. Foto:ist--
Kabupaten Muara Enim, khususnya di Tanjung Enim, menjadi episentrum produksi batubara di Sumsel.
Kawasan ini sejak lama dikenal sebagai lumbung energi nasional, bahkan sejak zaman kolonial Belanda.
Pertambangan batubara pertama di Tanjung Enim dibuka pada 1919 dan terus berkembang hingga saat ini, di bawah pengelolaan PT Bukit Asam Tbk (PTBA), salah satu BUMN strategis Indonesia.
BACA JUGA:Bertrasformasi dari Batubara ke Energi Hijau: Begitu Sumsel Curi Perhatian Inovatif
Batubara sendiri merupakan batuan sedimen organik yang mudah terbakar dan terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang terdekomposisi selama jutaan tahun di bawah tekanan dan suhu tinggi.
Sifatnya yang efisien dan ekonomis menjadikan batubara sebagai sumber energi alternatif yang sangat penting, terutama untuk pembangkit listrik dan bahan bakar industri.
Tak heran jika Indonesia, termasuk Sumsel, menjadi salah satu produsen dan eksportir batubara terbesar dunia.
Kontribusi sektor tambang, khususnya batubara dari Muara Enim, tidak hanya menciptakan devisa negara, tetapi juga membuka lapangan kerja dan memacu pertumbuhan ekonomi lokal.
BACA JUGA:Bertrasformasi dari Batubara ke Energi Hijau: Begitu Sumsel Curi Perhatian Inovatif
Infrastruktur penunjang, mulai dari transportasi, perumahan, hingga fasilitas pendidikan dan kesehatan, berkembang pesat seiring meningkatnya aktivitas pertambangan.
Meski demikian, ke depan tantangan sektor ini juga tak sedikit.
Isu keberlanjutan dan tekanan terhadap energi fosil mendorong para pelaku industri untuk mulai bertransformasi menuju tambang yang lebih ramah lingkungan.
Namun hingga saat ini, tak bisa disangkal bahwa sektor pertambangan batubara tetap menjadi tulang punggung pembangunan ekonomi Sumsel.