Eco Agrotomotion Jadi Harapan Masa Depan, Merawat Bumi Agar Pasca Tambang Tetap Lestari
Program Eco Agrotomotion PTBA di Desa Tanjung Karangan, Kecamatan Tanjun Agung, Kabupaten Muara Enim hadir sebagai solusi hijau, untuk mendukung pasca tambang batubara yang dilakukan PTBA jadi lahan lestari dan produktif. --
PTBA melakukan monitoring dan evaluasi tanaman revegetasi secara rutin setiap 6 bulan sekali. Kegiatan monitoring dilakukan sesuai dengan Permenhut No. P.60/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan dengan membuat plot sampling untuk mengukur persentase hidup tanaman dan memonitor kesehatan tanaman.
BACA JUGA:Kado HUT ke-79 RI untuk Petani, Bukit Asam (PTBA) Resmikan PLTS Irigasi di Tanjung Agung
Selain itu, PTBA juga melakukan monitoring dengan menggunakan drone multispectral setiap setahun sekali, untuk melihat luasan dan kerapatan tutupan lahan hasil penanaman.
Kemudian, sambung Niko, untuk menjaga kelestarian hutan disekitar perusahaan. PTBA secara aktif dan rutin bersama pemerintah daerah dan masyarakat sekitar tambang melaksanakan kegiatan pembagian bibit dan penanaman pada lahan kritis dan daerah aliran sungai (DAS). PTBA juga secara aktif melakukan sosialisasi dan edukasi untuk mengajak masyarakat menjaga kelestarian lingkungan.
Selain kegiatan reklamasi, PTBA juga memiliki kewajiban untuk melaksanakan rehabilitasi DAS untuk menjaga kualitas air dan mencegah erosi.
Beberapa area Rehabilitasi DAS yang menjadi kewajiban PTBA, di antaranya DAS Musi (Sumatera Selatan), DAS Opak-Progo (DIY). Selain melaksanakan kewajiban tersebut, PTBA juga memastikan setiap DAS di lingkungan tambang dilakukan rehabilitasi dengan melakukan penanaman tanaman keras seperti Mahoni, Lonkida, Angsana, Saga, Kayu Putih di sekitar DAS untuk mencegah erosi tanah.
BACA JUGA:Sinergi Bukit Asam (PTBA) dan Pemkab Muara Enim Mencegah Stunting
"Serta melakukan pemantauan rutin setiap hari untuk memastikan air yang keluar ke badan air dari kegiatan pertambangan terjaga baku mutunya sesuai dengan peraturan yang berlaku," terang Niko.
Masih kata Niko, dalam pengelolaan lingkungan PTBA bekerja sama dengan pemerintah. Dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan Balai Taman Nasional Berbak Sembilang (BTNBS) dalam melakukan kegiatan Rehabilitasi DAS di kawasan hutan konservasi.
Serta kegiatan pelestarian keanekaragaman hayati seperti, flora rescue & release di area terganggu, monitoring satwa melalui pemasangan kamera trap dan penanaman pakan satwa liar di kawasan hutan konservasi.
Apa kontribusi program lingkungan PTBA terhadap penurunan emisi karbon dan mitigasi perubahan iklim? Terkait hal ini, Niko Chandra menjelaskan bahwa PTBA berkomitmen untuk menurunkan emisi karbon, dengan bertransformasi ke elektrifikasi dan digitalisasi serta pengembangan inovasi teknologi.
BACA JUGA:Bukit Asam (PTBA) Terima Hak Paten untuk Aplikasi CISEA dan Lahan Basah Buatan Terapung
Beberapa contoh yang telah dilakukan Perusahaan adalah program elektrifikasi kendaraan tambang. Saat ini, PTBA telah mengoperasikan 7 unit shovel listrik (PC3000-6E), 40 unit hybrid dump truck (Belaz-75135), dan 6 pompa tambang berbasis listrik.
Selain itu, PTBA telah mengoperasikan 5 unit bus listrik di Pelabuhan Tarahan dan 10 unit bus listrik di Unit Pertambangan Tanjung Enim. Total, telah ada 15 unit bus listrik yang dioperasikan PTBA.
"Selain itu, PTBA melakukan kegiatan reklamasi tambang, rehabilitasi lahan kritis dan daerah aliran sungai dengan penanaman tanaman keras yang menyerap karbon," papar Niko.