Sawit Masuk Indonesia Tahun 1848 Berawal dari Ketidaksengajaan Belanda
Berawal dari ketidaksengajaan orang Belanda sawit masuk Indonesia tahun 1848. Foto: enimekspres/kolase--
Oleh orang Belanda yang lain dan masih kerbat Pryce bernama Johanes Elyas Teysman, biji sawit itu kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor.
Ternyata, keempat biji sawit itu tumbuh subur selama sekitar 40 tahun usianya hingga ketinggian pohon mencapai 12 meter.
BACA JUGA:Di Daerah Mana Produksi Sawit Terbanyak di Sumsel?
BACA JUGA:Pemupukan Sawit di Awal Musim Hujan, Begini Mekanismenya
Sebab, diketahui pada tahun 1889, pohon sawit tadi mati karena tua.
Saat usia sawit itu 5 tahun, atau tepatnya tahun 1853, tanaman sawit tadi memunculkan buah yang sangat lebat.
Oleh orang Belanda, buah sawit dalam bentuk biji yang banyak tadi kemudian dibagikan ke rakyat di Pulau Sumatera tepatnya di Deli, Provinsi Sumatera Utara secara cuma-cuma untuk ditanam.
Karena belum tahu apa itu tanaman sawit, oleh rakyat biji sawit pemberian orang Belanda tadi ditanam di pinggir-pinggir jalan sebagai tanaman hias.
BACA JUGA:Daerah Penghasil Sawit Terbesar di Sumsel, Produksinya Mencapai 213.466,00 ton, Bukan Muara Enim
BACA JUGA:Kata Pakar, Harga TBS Sawit Akan Terus Membaik, Ini Indikasinya
Dan ternyata, semuanya tumbuh subur dan buahnya bagus.
Ini pula yang melatarbelakangi hingga saat ini bibit sawit Deli Dura terkenal berkualitas hingga saat ini.
Sebanarnya, di bawah tahun 1848 itu, Belanda tidak terlalu tertarik dengan sawit karena kebutuhan minyak saat itu sudah ada dari kelapa (minyak kelapa).
Nah, puncaknya di tahun 1850-an, Belanda mengetahui bahwa minyak sawit jauh lebih baik dari minyak kelapa.