Sawit Masuk Indonesia Tahun 1848, dan Tahun 1869 Disebut Sumsel dan Muara Enim
Tahun 1869 disebut Sumsel dan Muara Enim mengenai fakta sawit masuk Indonesia. Foto: doc/kolase--
Nah, puncaknya di tahun 1850-an, Belanda mengetahui bahwa minyak sawit jauh lebih baik dari minyak kelapa.
BACA JUGA:8 Manfaat Jamur Sawit Untuk Kesehatan Tubuh
BACA JUGA:SETAJAM SILET! Cara Mengasah Egrek Sawit yang Benar
Di saat itu pula secara berkesinambungan industrialisasi sawit di Belanda makin massif.
Karena Indonesia di bawah kekuasaan Belanda, tentu Belanda ingin penanaman sawit massif dan besar besaran di Indonesia.
Karena sebelumnya mereka telah membuktikan, ketika biji sawit ditanaman di Bumi Nusantara, baik di Pulau Jawa mapun di Pulau Sumatera semuanya tumbuh subur.
Pada kisaran tahun 1856-1870, Belanda melakukan penanaman sawit dalam jumlah besar di daerah Karesidenan Banyumas.
BACA JUGA:Cara Mengasah Egrek Sawit yang Benar dan Cepat Sampai Setajam Silet
Awalnya, Belanda yang mempekerjakan rakyat Indonesia untuk menanam sawit girang.
Sebab, dalam 4 tahun sejak ditanaman sudah memunculkan buah.
Kegirangan Belanda ini wajar karena sawit di daerah aslinya yaitu di Afrika Tengah dan Afrika Barat butuh waktu hingga 7 tahun untuk sampai memunculkan buah.
Tapi sayangnya, penanaman pertama ini dinilai Belanda gagal karena kandungan minyak dari tanaman sawit itu tidak memuaskan.
BACA JUGA:Egrek: Alat Panen Sawit, Harga, Ciri Barang Asli dan Teknis Penggunaan untuk Pemula
Sawit Masuk Sumsel
Kemudian, tahun 1869, Belanda pindah menaman sawit ke Pulau Sumatera, tepatnya (saat ini) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).