Meski hidup di bawah penjajahan Belanda, WR Supratman selalu memimpikan kemerdekaan bagi tanah airnya.
Supratman sejak kecil sudah menunjukkan bakatnya dalam musik.
Ia belajar memainkan biola dari kakak iparnya, dan terus mengasah kemampuannya hingga menjadi seorang pemusik handal.
BACA JUGA:Peringati HUT Bhayangkara ke-78, Polres Muara Enim Upacara Ziarah dan Tabur Bunga
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Guru di Makassar, Supratman bekerja sebagai guru sebelum akhirnya menekuni dunia jurnalisme dan musik.
Lagu “Indonesia Raya” yang diciptakan WR Supratman pertama kali diperdengarkan pada Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928 yang kemudian dikenal sebagai peristiwa Sumpah Pemuda.
Lagu tersebut langsung mendapatkan sambutan hangat dari para pemuda dan pejuang pergerakan nasional, karena lirik dan nadanya membangkitkan semangat persatuan dan kemerdekaan.
Meski demikian, perjalanan WR Supratman dalam memperkenalkan “Indonesia Raya” tidaklah mudah.
BACA JUGA:Menapak Jejak Rasul di Gua Hira: Ziarah Penuh Makna di Jabal Nur
Pemerintah kolonial Belanda melarang lagu tersebut karena dianggap provokatif dan bisa memicu pemberontakan.
Namun, hal ini tidak menghentikan perjuangan WR Supratman.
Lagu “Indonesia Raya” terus dinyanyikan secara diam-diam dalam berbagai pertemuan pergerakan nasional, hingga akhirnya lagu tersebut resmi diakui sebagai lagu kebangsaan Indonesia pada saat proklamasi kemerdekaan, 17 Agustus 1945.
Perjuangan Hingga Akhir Hayat
WR Supratman meninggal pada usia 35 tahun, pada tanggal 17 Agustus 1938, tujuh tahun sebelum Indonesia merdeka.
BACA JUGA:Ziarah Jelang Puasa Ramadhan
Ia wafat di Surabaya setelah lama menderita sakit.