KORANENIMEKSPRES.COM, MUARA ENIM---Desa Air Talas, Kecamatan Rambang Niru, Kabupaten Muara Enim, terkenal dengan sebutan kampung jeruk Bali.
Desa yang sebagian besar dihuni oleh para transmigran dari Pulau Bali ini, telah lama dikenal sebagai kampung agrowisata petik jeruk. Setiap tahun kebun jeruk di sini mampu panen hingga tiga kali.
Namun, dibalik kesuksesan agrowisata jeruk Bali ini, terdapat sebuah permasalahan yang cukup pelik.
Tidak semua jeruk yang ditanam di kebun-kebun tersebut menghasilkan buah manis yang segar dan disukai banyak orang.
Diantara pohon-pohon jeruk yang tumbuh lebat, tumbuh pula buah jeruk yang masam, berakhir menjadi sampah terbuang percuma.
Bertahun-tahun lamanya, jeruk-jeruk masam ini dianggap sebagai limbah tak bernilai.
Menyisakan beban bagi para petani yang tak tahu harus berbuat apa, dengan buah-buah jeruk masam yang tak bisa dijual.
Hingga akhirnya, keluhan para petani jeruk disampaikan kepada PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Zona 4 Lapangan Prabumulih.
Permintaan ini mendapat respons positif, dan pada Juli 2024, Pertamina meluncurkan program inovasi yang mengubah limbah kulit jeruk menjadi produk ramah lingkungan.
Kelompok Amerta, yang terbentuk dari warga desa, kini mengolah kulit jeruk yang dulunya dianggap sampah menjadi bioplastik yang dapat terurai dan produk sabun mandi yang bernilai ekonomis.
Dengan dukungan Pertamina, mereka berhasil mengubah limbah kulit jeruk menjadi berkah, mengubah masalah menjadi peluang. Dulu kulit jeruk dianggap sampah kini berubah menjadi "cuan".
"Selama ini kulit jeruk di desa kami terbuang percuma, hanya jadi sampah dan jadi masalah lingkungan. Berkat Pertamina, ternyata kulit jeruk bisa manfaatkan jadi peluang usaha bernilai rupiah," ungkap Yunita dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Amerta Desa Air Talas saat dibincangi koranenimekspres.com.